Koran Sulindo – Gunung Agung meletus lagi hari ini dengan ketinggian kolom sekitar 2.500 meter di atas kawah. Letusan itu menyebabkan hujan abu di beberapa kawasan rawan bencana III.
“Letusan hanya berlangsung sekitar 10 menit. Setelah letusan, asap putih keluar dari kawah, dan kadang disertai hembusan,” kata Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Minggu (24/12), seperti dikutip infopublik.id.
Kemarin, Sabtu (23/12/2017) pukul 11.57 WITA, Gunung Agung juga erupsi dengan asap kelabu tebal setinggi sekitar 2.500 meter condong ke timur laut. Hujan abu disertai pasir tipis terjadi di sekitar lereng Gunung Agung, seperti di Tulamben, Kubu. Sebelumnya, aktivitas vulkanik Gunung Agung masih tinggi.
Presiden Joko Widodo menggelar rapat kabinet terbatas membahas pariwisata, di Bali, Jumat (22/12) lalu.
“Bali aman. Dan wisatawan kalau kita lihat ini di Pantai Kuta sangat ramai sekali. Jadi kalau ingin berwisata di Pulau Bali dalam liburan ini silakan datang ke Bali,” kata Jokowi, seperti dikutip setkab.go.id.
“Kita ingin menunjukkan Bali itu aman. Bali itu aman dipakai untuk akhir tahun, jadi jangan sampai ada sebuah persepsi karena ada masalah erupsi di Gunung Agung,” kata Jokowi, seperti dikutip setneg.go.id.
Baca juga: Aman, Presiden Gelar Rapat Kabinet di Bali
PVMBG sampai saat ini masih menetapkan Gunung Agung status Awas (level 4). Status ini hanya berlaku pada radius 8-10 kilometer dari puncak kawah Gunung Agung. Artinya masyarakat dilarang melakukan aktivitas apapun di dalam radius 8-10 kilometer dari puncak kawah. Di luar area itu aktivitas masih tetap aman.
Menurut Sutopo, saat ini masyarakat sudah teredukasi dengan cukup baik mengenai erupsi dan ancaman dari Gunung Agung. Masyarakat tidak mudah percaya pada hoax atau informasi yang menyesatkan. Semua mengacu pada PVMBG sebagai institusi yang kompeten terkait aktivitas gunung api.
“Adanya Pasebaya Gunung Agung yang didukung jaringan radio komunikasi melingkari Gunung Agung menyebabkan informasi dapat cepat dan akurat sampai kepada masyarakat,” katanya.
Kode VONA (Vulcano Observatory Notice for Aviation) untuk Gunung Agung adalah Orange. Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai di Denpasar dan Bandara Internasional Lombok beroperasi normal dan aman. Selama musim penghujan hingga April 2018, arah angina di Bali akan dominan ke arah Timur – Tenggara sehingga Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai di Denpasar akan aman.
Sementara itu jumlah pengungsi erupsi Gunung Agung saat ini tercatat 71.045 jiwa yang tersebar di 239 titik pengungsian. Sebaran dari pengungsi tersebut adalah 42.928 jiwa di Kabupaten Karangasem, 11.441 jiwa di Kabupaten Klungkung, 9.938 jiwa di Kabupaten Buleleng, 977 jiwa di Kabupaten Bangli, 3.502 jiwa di Kabupaten Gianyar, 205 jiwa di Kabupaten Jembrana, 730 jiwa ada di Kabupaten Tabanan, 590 jiwa di Kabupaten Badung, dan 734 jiwa di Kota Denpasar.
Pemenuhan kebutuhan dasar bagi para pengungsi akan terus dipenuhi oleh Pemerintah dan Pemda dibantu dari dunia usaha, NGO, relawan, dan masyarakat.
Pemerintah daerah mencabut status tanggap darurat penanganan erupsi Gunung Agung dalam rangka kepentingan yang lebih besar, namun status Gunung Agung tetap Awas.
Pernyataan status tanggap darurat dari kepala daerah yang daerahnya sedang dilanda bencana sesungguhnya hanyalah syarat administrasi saja. Status tanggap darurat diperlukan agar ada kemudahan akses, baik pengerahan sumber daya manusia, logistik, pendanaan dan lainnya dalam penanganan bencana. Dengan adanya status tanggap darurat tersebut maka dimungkinkan BNPB memberikan dana siap pakai, Kementerian Sosial dapat mengeluarkan bantuan beras di gudang, Pemda dapat menggunakan Belanja Tak Terduga (BTT) yang ada di APBD.
Namun istilah status tanggap darurat ini seringkali dimaknai kondisi yang bahaya, genting atau seperti halnya darurat sipil atau darurat militer dari wilayah tersebut. Seolah menakutkan, padahal hanya masalah administrasi saja.
Saat ini sedang disiapkan Peraturan Presiden yang mengatur kemudahan akses dalam administrasi, bantuan logistik, dan keuangan untuk membantu penanganan pengungsi dan dampak yang ditimbulkan erupsi Gunung Agung.
Masyarakat dihimbau untuk tetap tenang. Jangan terpancing pada informasi yang meresahkan.
“Namanya gunungapi, apalagi gunungapi berstatus Awas, pasti masih sering mengalami erupsi. Erupsi tidak membahayakan selama berada di luar radius yang telah ditetapkan PVMBG,” kata Sutopo.
Timur Laut
Sementara itu Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat abu gunung mengarah ke timur laut mengikut arah angin.
PVMBG melaporkan terjadi hujan abu di kawasan rawan bencana (KRB) III atau di sebelah timur laut gunung di antaranya di Desa Tulamben dan Banjar Dinas Mondet Kecamatan Kubu, Karangasem, yang berada dalam radius 8-10 kilometer dari Gunung Agung.
“Di luar kawasan itu, Bali masih aman dan tidak terdampak hujan abu termasuk Bandara Ngurah Rai yang masih beroperasi normal karena berada di barat daya dengan jarak lebih dari 75 kilometer,” kata Kepala Sub-Bidang Mitigasi Pemantauan Gunungapi Wilayah Timur PVMBG Devy Kamil Syahbana di Pos Pengamatan Gunung Agung, Karangasem, Minggu (24/12), seperti dikutip Antara Bali.
Tim PVMBG telah turun ke Tulamben untuk uji sampel abu gunung api tersebut. Sebagian besar tim menemukan abu di Tulamben sedangkan di kawasan yang lebih dekat dengan gunung, ditemukan lapili atau butiran abu bulat sebesar biji merica berukuran lebih dari 2 milimeter.
PVMBG merekam aktivitas vulkanik Gunung Agung periodik enam jam yang mencatat adanya sekali letusan dengan amplitudo 28 mm dan gempa vulkanik dalam beramplitudo 28 mm mulai pukul 06.00-12.00 WITA.
PVMBG mengimbau masyarakat untuk tidak melakukan aktivitas di dalam radius 8-10 kilometer dari kawah Gunung Agung karena aktivitas vulkanik masih tinggi. Di luar radius itu, aktivitas di Bali aman. [DAS]