Pelaksanaan
Upacara mekotek digelar setiap enam bulan sekali. Atau 210 hari (berdasarkan kalender Hindu) pada hari Sabtu Kliwon Kuningan, tepat pada hari raya Kuningan, atau selesai hari raya Galungan. Biasanya, ia berlangsung bersamaan dengan bulan Januari.
Dahulu, perayaan mekotek menggunakan besi yang memberikan semangat juang sebelum ke medan perang atau setelah dari medan perang. Namun, karena banyak peserta yang terluka, tombak dari besi tersebut digantikan dengan tongkat dari kayu pulet yang sudah dikupas kulitnya dan diukur panjangnya sekitar 3,5 – 4 meter.
Para peserta diwajibkan mengenakan pakaian adat madya yaitu kancut dan udeng batik, serta berkumpul di pura dalem Munggu. Setelah berkumpul, mereka melakukan persembahyangan dan ucapan terima kasih atas hasil perkebunan.
Setelah itu, seluruh peserta melakukan pawai menuju sumber air di kampung Munggu. Upacara ini diikuti oleh 2.000 peserta yakni penduduk Munggu yang terdiri dari 15 banjar. Mereka turun ke jalan dari usia 12 hingga 60 tahun. Para peserta dibagi dalam kelompok-kelompok, masing-masing terdiri dari 50 orang.
Baca juga: Cerita Tentang Bangunan Cagar Budaya Masjid Cut Meutia
Desa Munggu sendiri terdiri saat ini dari 1.118 KK. Maka, dalam pelaksanaan tradisi mekotek, satu rumah mesti mengirimkan sebanyak dua atau tiga anggota keluarga untuk ikut berpartisipasi di dalamnya. Dengan demikian, jumlah pesertanya sekitar 2.000 orang.
Peserta tradisi mekotek yang diwajibkan adalah warga yang sudah dianggap dewasa yakni umur 12 tahun ke atas, serta memiliki badan yang kuat dan tahan melakukan dorongan. Peserta lelaki bertuga memegang kayu, sementara peserta perempuan mengiringi di belakangnya.
Sementara itu, kayu yang digunakan dalam tradisi mekotek adalah jenis kayu pulet dengan panjang 3,5 – 4 meter. Setiap peserta mekotek diwajibkan membawa sendiri-sendiri kayu puletnya yang bisa digunakan berkali-kali. Kayu ini tahan disimpan dan digunakan hingga sepuluh tahun.
Kayu pulet bisa dicari di sekitar Desa Munggu atau desa tetangga. Dahulu, sebelum daerah ini padat penduduk, kayu pulet mudah ditemukan di mana-mana. Namun saat ini, kayu tersebut banyak ditemukan di Tabanan. [Ahmadie Thaha]