Rangkaian mekotek diawali dengan upacara Mendak Betara di Pura Dalem, lalu umat mengelilingi desa. Upacara berakhir di Pura Puseh. Warga desa percaya, perang mekotek dapat menjauhkan segala bentuk bencana.
Tradisi mekotek atau grebeg mekotek sudah mendapat setifikat dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pada 27 Oktober 2016 sebagai warisan budaya tak benda Indonesia. Disebutkan, tradisi ini dijalani dengan tujuan untuk memohon keselamatan dan tolak bala.
Selain itu, tradisi mekotek juga diadakan sebagai ajang untuk mempersatukan anak-anak muda yang ada di masing-masing banjar adat. Dengan demikian, mereka diharapkan akan terhindar dari perbuatan negatif seperti narkoba, kebut-kebutan, dan lainnya.
Pada awalnya mekotek dilakukan untuk menyambut prajurit Kerajaan Mengwi yang datang dengan membawa kemenangan melawan Kerajaan Blambangan di Jawa. Selanjutnya, tradisi mekotek dipertahankan hingga sekarang.
Baca juga: Manongkah: Selancar Lumpur ala Suku Laut Duanu
Pada masa pemerintahan Belanda tahun 1915, mekotek pernah dihentikan. Mereka khawatir, mekotek mendorong pemberontakan. Namun kemudian, terjadilah wabah penyakit menimpa warga. Bahkan, tiba-tiba ada sebelas orang meninggal dunia. Maka, mekotek pun dilaksanakan lagi untuk tolak bala.
Menurut pengakuan warga, orang yang meninggal dalam bencana itu beruntun dalam jumlah yang banyak. Selain itu, beragam hama menyerang sawah mereka sehingga sawah tak pernah memberikan hasil pertanian yang memuaskan.
Para pemuka adat lalu mendiskusikan masalah tersebut dengan pihak Belanda. Akhirnya, Belanda mengizinkan kembali pelaksanaan tradisi mekotek meskipun dengan syarat, warga tidak boleh membawa tongkat tombak besi tapi di atasnya cukup diikat pandan berduri sebagai lambang sebuah tombak, ketajaman, dan tamiang sebagai simbol permohonan.
Setelah peristiwa itu, tradisi mekotek dilaksanakan kembali oleh warga Desa Munggu. Namun, kali ini mereka tidak menggunakan tombak, melainkan kayu sebagai sarana penyangga pemuda yang naik ke pucuk kerucut untuk bertindak sebagai pengarah.