Gelombang Besar Busana Muslim

Busana muslimah karya Itang Yunazs

Koran Sulindo – Di Indonesia, apa yang kini dikenal sebagai baju muslim atau modest wear sudah mulai menjadi perhatian sejak artis dan penyanyi terkenal Ida Royani mulai mengenakan dengan gaya yang berbeda. Ida Royani memang dikenal sebagai sosok yang sangat modis. Bahkan, dulunya, dia dikabarkan bisa berangkat ke Singapura di pagi hari untuk belanja pakaian yang akan dikenakan ke pesta di Jakarta pada malam harinya.

Kecintaannya untuk tampil stylish tetap bertahan ketika ia memutuskan untuk berhijab pada tahun 1978. Rok lebar dengan sepatu boots, antara lain, menjadi gaya khasnya waktu itu.

Tahun 1980, ia mulai melansir busana baju muslim berlabel Ida Royani dan menjualnya di Pusat Perdagangan Sarinah, Jalan Thamrin, Jakarta, sejak 1984.

Saat itu belum banyak desainer modest wear karena kebutuhan di segmen tersebut juga belum terlalu banyak. Kalaupun ada yang memakai, biasanya dalam padanan standard berupa atasan tunik dengan celana panjang atau sekalian memakai abaya dengan dilengkapi hijab.

Beberapa desainer baju muslim kemudian bertumbuh, seperti hadirnya desainer Anne Rufaidah pada tahun 1984, Nunik Mawardi di tahun 1990,  Tuty Adib di tahun 1996 yang kemudian membuka label Bilqis pada tahun 2000. Pada tahun 2000 pula, kejutan datang dari Itang Yunasz, desainer senior yang sudah mapan dan bahkan sering melanglang buana sebagai desainer dengan gaya fashion modern. Itang tiba-tiba memutuskan mengubah haluan dengan mendesain busana modest.

Keinginan Itang Yunasz untuk mendandani seluruh perempuan dari berbagai lapisan masyarakan membuat dia—yang dikenal dengan busana berkelasnya—justru berpindah target market dan menjajaki peluang di Pasar Tanah Abang, Jakarta, lewat label Kamilaa. Pendekatan desainnya tidak berbeda dengan lini ready to wear sebelumnya, hanya ia melakukannya dalam koridor santun, yaitu tidak terbuka, tidak membentuk tubuh, dan tidak menerawang.

Langkah Itang ini menuai sukses luar biasa dan tanpa disangka malah ikut membawa busana muslim pada level yang setara dengan busana umum. Apalagi, totalitasnya mendesain diperkaya dengan menciptakan motif pada material kain dengan mengangkat motif tradisional. Ia pun kemudian dikenal sebagai trend setter dalam desain busana muslim atau yang ia lebih senang menyebut dirinya sebagai modest fashion.

Kehadiran Ria Miranda yang pada tahun 2008 memberi warna tersendiri dalam busana modest wear. Ia memutuskan berfokus pada busana syar’i yang saat itu belum banyak pemakainya. Brand Shabby Chic by Ria Miranda adalah brand pertamanya yang berciri khas warna pastel. Pada tahun 2009, ia memutuskan memakai namanya saja sebagai label, yaitu Ria Miranda. Sekarang butiknya sudah ada 12, termasuk membuka cabang di Malaysia.

Ria Miranda

Langkah Nur Zahra sebagai label pendatang baru di dunia fashion—yang mulai dirintis tahun2009—juga tidak bisa diabaikan. Ketika label yangberfokus pada batik bermotif Islami dan pewarna alam, khususnya indigo, ini dilirik Jakarta Fashion Week dan British Council untuk masuk program inkubator bisnis fashion “Indonesia Fashion Forward” pada tahun 2012, pencapaiannya dalam memperkenalkan fashion muslim Indonesia mendunia patut diacungi jempol.

Hanya dalam rentang waktu dua tahun, brand ini mampu menembus Tokyo Fashion Week (2014) dan bahkan liputannya saat itu ditempatkan pada cover media cetak fashion WWD, selain juga diliput Vogue Italia dan Harper’s Bazaar Amerika Serikat pada tahun yang sama.

Restu Anggraini, Rani Hatta, Rya Baraba, dan Norma Hauri adalah nama-nama yang ikut menambah kosa-fashion modest Indonesia. Selain mereka masih ada satu nama lagi yang juga ikut berperan dalam perkembangan fashion muslim, yaitu—suka atau tidak suka, mau atau tidak mau—Aniessa Hasibuan. Walau saat ini karirnya kandas karena ikut terseret kasus travel milik suaminya, perempuan yang banyak diragukan kemampuannya sebagai desainer ini sudah menorehkan sejarah dalam perkembangan busana muslim, dengan keikutsertaannya di New York Fashion Week (NYFW) pada tahun 2014. Dia menjadi desainer modest pertama yang menjejakkan langkah di runway NYFW dan tentunya kita patut berbangga karena nama Indonesialah yang hadir dalam momen bersejarah tersebut.Modest Fashion di Dunia Internasional

SECARA internasional, sebelum 2015, konsumen busana muslim adalah segmen yang diabaikan dalam ritel fashion. Namun, Uniqlo sudah memprediksi masa depan pasar busana muslim ini. Terbukti, sejak semester kedua tahun 2015, Uniqlo sudah  meluncurkan lini khusus untuk mereka yang berhijab, bekerja sama dengan Hana Tajima—seorang blogger dan desainer busana muslim keturunan Jepang yang berbasis di London.

Ketika itu, H&M sepertinya baru melakukan “cek ombak” pada pasar busana muslim dengan merilis sebuah kampanye yang menampilkan Mariah Idrissi, seorang muslimah yang mengenakan jilbab dalam balutan busana ready to wear keluaran H&M. Kampanye ini mendapat banyak tanggapan positif hingga dinilai sukses.

Brand kelas menengah lainnya, Mango dan Zara, telah membuat sebuah koleksi yang dikreasikan khusus untuk dijual di Timur Tengah di sekitar bulan Romadon. Mango bahkan mencatat kenaikan penjualan sebesar 5% untuk koleksi tersebut.

Tiga tahun kemudian pemasaran fashion muslim dunia terlihat semakin mengarah menjadi mainstream. Pada Mei 2018 lalu, H&M kelihatan lebih yakin pada pangsa pasar ini dengan meluncurkan lini khusus modest ready to wear yang diberi nama LTD Collection. Tahun 2018 ini juga, pasar pakaian modest internasional semakin ramai. Lihat saja departement store Macy di Amerika Serikat, yang mulai menyediakan modest ready to wear termasuk hijabnya yang berlabel Verona.

Model Mariah Idrissi mengenakan busana muslimah dari H&M.

Di dunia pakaian sport, kita melihat Adidas sudah berjalan dengan model yang berhijab di runway NYFW beberapa pekan yang lalu. Macy dan Adidas mengikuti jejak Nike dan American Eagle Outfitters, yang sama-sama sudah mulai menyediakan hijab sejak tahun lalu. Nike bahkan telah mengembangkan rangkaian Nike Pro Hijab-nya, dengan menghabiskan waktu satu tahun untuk riset ekstensif mengembangkan kebutuhan atlet muslimah.

Tidak hanya di ready to wear kelas menengah, karena brand desainer papan atas pun sudah banyak yang mengetahui adanya segmen pasar yang terus bertumbuh ini. Sejak 2015 brand seperti DKNY, Oscar de la Renta, Tommy Hilfiger, dan Juicy Couture juga telah membuat koleksi Romadon khusus untuk di Timur Tengah. Dolce et Gabanna bisa dibilang salah satu pelopor fashion papan atas yang sejak 2016 sudah memproduksi koleksi hijab dan abaya yang ditargetkan untuk pelanggan muslim di Timur Tengah. Koleksi modest ready to wear ini adalah perkembangan yang menarik bagi para perempuan muslim yang memiliki selera fashion mewah.

Perhatian rumah mode internasional pada busana modest ready to wear semakin riuh di 2018 ini. Terbukti dengan berbagai sajian di fashion week koleksi Autumn Winter 2018 pada Februari lalu, hijab bermunculan di mana-mana. Rumah mode yang menampilkan tidak menyebutkan koleksi tersebut adalah modest ready to wear, namun apa yang disajikan sangat mengarah memenuhi pakem busana muslimah yang tertutup seperti dengan hadirnya ciput “ninja” bermateri lycra yang didesain khusus atau sekadar syal panjang yang disampirkan sebelah kepala seperti diperagaan Versace.

Selain di Versace, gaya menyerupai hijab ini terlihat pula di panggung label-label utama, termasuk Calvin Klein, Lanvin, Dior, Chanel, dan Marc Jacobs. Busana a la modest ready to wear ini juga bisa dilihat di peragaan Gucci, dengan beberapa penampilan modelnya dilengkapi syal yang dikenakan menutupi kepala dan disematkan di bawah dagu.Era Digital dan Gerakan Kaum Muda

BERUBAHNYA basis informasi dari analog ke digital juga memiliki peran penting dalam perkembangan busana muslim, khususnya di kalangan anak muda, yang kemudian marak melalui hashtag #ootd. Peran Dian Pelangi dalam memopulerkan busana muslim yang trendy tidak bisa diabaikan.

Tahun 2008, ia mulai resmi mengambil alih perusahaan keluarga dan lalu di 2009 sudah mengikuti pameran di Melbourne, Australia. Kegemarannya memunculkan ide baru dalam berbusana muslim membuat ia tergolong influenser dengan pengikut terbanyak di media sosial Internet. Dian yang saat ini memiliki 4,8 juta followers dinilai mampu membawa modernitas ke dalam fashion muslim. Ia pun dinobatkan sebagai salah satu di antara 30 anak muda Asia paling berpengaruh di dunia versi majalah Forbes.

Influenser busana hijab pun kemudian bertumbuh, antara lain Aghnia Punjabi yang followers-nya ketika tulisan ini dibuat mencapai 614 ribu, lalu Indah Nada Puspita (576,7 ribu), Dwi Handayani (559,8 ribu), Mega Iskanti (524 ribu), dan Nisa Cookie (489  ribu). Mereka memiliki gaya yang berciri khas anak muda dinamis dengan kekuatan styling serta daya visual yang tajam.

Untuk influenser di luar Indonesia ada Halima Aden, yang pada tahun 2016 menarik perhatian karena berhijab ketika mengikuti Miss USA Pageant. Aden merupakan perempuan berhijab pertama di ajang tersebut. Dia juga menjadi model pertama yang berhijab untuk cover majalah Allure.

Lalu ada Ayana Ife, yang pada tahun 2017 menjadi perancang muslim pertama di “Project Runway” populer Lifetime. Influenser lain adalah Amena Khan dari Inggris, yang dikenal dengan video tutorial hijabnya di Youtube. Ada pula Imane Asry, yang tinggal di Stockholm, Swedia, yang dikenal dengan gaya minimalis-nya. Dari Texas, Amerika Serikat, ada Leena Asad.

Blog muslimgirl.com juga pengaruh besar bagi perempuan muda berhijab. Blog ini dibuat oleh Amani Al Kathahtbeh.Busana Muslim Gerakkan Ekonomi

BELANJA konsumen muslim untuk pakaian meningkat. Pada tahun 2016, uang yang dibelanjakan untuk pakaian muslim di seluruh dunia, menurut The State of Global Islamic Economy Report 2016, sebesar US$ 254 miliar, sementara pada tahun 2015 sebesar US$ 243 miliar. Angka itu diperkirakan akan meningkat menjadi US$ 373 miliar pada tahun 2022.

Berdasarkan laporan yang sama, Indonesia pada tahun 2016 lalu menghabiskan konsumsi untuk busana muslim sebesar US$ 13,5 miliar atau terbesar kelima di dunia. Menurut Ketua Pokja Industri Kreatif Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) Irfan Wahid dalam keterangan persnya pada 20 April 2018 lalu, angka ini semakin mengindikasikan tingkat konsumsi yang tinggi dari negara kita, yang juga dipengaruhi oleh total populasi muslim Indonesia yang merupakan terbesar di dunia saat ini. Potensi ini seharusnya bisa dimanfaatkan untuk menjadikan Indonesia tidak hanya sebagai “pasar”, tapi menjadi produsen utama fashion muslim dunia.

Performa sektor fashion umumnya di Indonesia sangat baik. Pada tahun 2016, sektor fashion menyumbang total 18% terhadap Produk Domestik Bruto sektor ekonomi kreatif atau yang paling besar dibanding subsektor ekonomi kreatif lainnya.

“Industri fashion muslim Indonesia memiliki potensi yang cukup besar untuk bisa menjadi pusat fashion muslim dunia. Hanya saja masih ada beberapa pekerjaan rumah yang masih mendera industri fashion muslim kita dan ini harus segera diselesaikan. Pasar kita besar dan budaya kita sangat kuat, ini bisa menjadi kekuatan terbesar kita nantinya,” kata Irfan Wahid.

KEIN, menurut Irfan, telah menjadikan fashion muslim sebagai salah satu bahan kajian bersama para pemangku kepentingan industri fashion muslim. Dalam diskusi dan kajian tersebut dihasilkan beberapa poin penting, antara lain soal positioning industri fashion muslim Indonesia; keterhubungan industri hulu dan hilir fashion muslim; pelatihan dan pendidikan sumber daya manusia; pencanangan design district fashion muslim di Indonesia; isu fashion internasional; perpajakan dan pembiayaan, serta; biaya ekspor dan logistik.

“Isu di atas merupakan rangkuman dari permasalahan-permasalahan yang selama ini masih menjadi batu sandungan bagi industri fashion muslim Indonesia untuk bertumbuh lebih jauh,” tutur Irfan.

KEIN berharap, Indonesia dapat segera mengejar ketertinggalannya, sehingga bisa menyaingi Singapura dan Malaysia yang masuk ke dalam jajaran 10 besar fashion muslim dunia. “Untuk itu, kita perlu menata ekosistem bisnis yang kondusif dan suportif terhadap industri fashion muslim. Kita harus bisa membantu industri ini tumbuh menjadi salah satu industri masa depan yang menjanjikan bagi perekonomian bangsa,” ujar Irfan.

Muslim Fashion Festival 2018

Di Indonesia sendiri telah ada acara tahunan Muslim Fashion Festival atau Muffest sejak tahun 2016 lalu. Sebelumnya, pada tahun 2012, kelompok Kompas-Gramedia juga menggelar Jakarta Islamic Fashion Week, yang punya pengaruh signifikan dalam perkembangan fashion muslim di Tanah Air.

Sementara itu, Kementerian Perindustrian sedang mengincar Eropa sebagai tujuan ekspor utama masa depannya dan ingin menjadikan Indonesia sebagai pusat industri fashion muslim pada tahun 2020. Menurut pihak Kementerian Perindustrian, penjualan tahunan pakaian muslim di Eropa kini mencapai US$ 1,5 miliar. Ada pula rencana kerja sama Indonesia dan Thailand untuk memasarkan produk fashion muslim Indonesia di Eropa dengan memanfaatkan akses mudah Thailand ke benua itu. [Amy Wirabudi, Konsultan Fashion]