Babarit Dusun Ciawitali. (Foto: Sulindo/Ulfa Nurfauziah)
Babarit Dusun Ciawitali. (Foto: Sulindo/Ulfa Nurfauziah)

Koran Sulindo – Dusun Ciawitali, yang terletak di Desa Cimenga, Kecamatan Darma, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, masih mempertahankan berbagai tradisi budaya Sunda. Salah satu tradisi yang masih dilestarikan hingga kini adalah Tradisi Babarit, sebuah ritual tahunan adat Suku Sunda yang merupakan ungkapan rasa syukur atas hasil bumi yang diperoleh masyarakat setempat. Tahun ini, Tradisi Babarit diadakan pada tanggal 21 Agustus 2024, membawa nuansa sakral dan kebersamaan yang mendalam bagi warga dusun.

Babarit: Wujud Syukur dan Perlindungan dari Yang Maha Kuasa

Babarit merupakan bagian dari Hajat Bumi atau Hajat Lembur, yang secara harfiah berarti syukuran kepada Yang Maha Kuasa atas segala kenikmatan dan rezeki yang diterima oleh masyarakat. Selain sebagai bentuk rasa syukur, tradisi ini juga menjadi simbol harapan untuk menjauhkan segala hal yang tidak diinginkan dari dusun mereka.

Kesenian yang telah ada sejak ratusan tahun lalu di Dusun Ciawitali ini hanya bisa disaksikan pada waktu-waktu tertentu, khususnya saat pelaksanaan acara Babarit. Salah satu elemen penting dari tradisi ini adalah kesenian Golewang, sebuah pertunjukan musik yang penuh dengan makna filosofis dan spiritual. Lagu-lagu yang dilantunkan oleh para pesinden dalam kesenian Golewang bukan hanya sekadar hiburan, melainkan juga sarat akan pesan-pesan kehidupan.

Lagu-Lagu Penuh Makna dalam Kesenian Golewang

Beberapa lagu yang dibawakan oleh para pesinden dalam kesenian Golewang di antaranya adalah Sang Golewang, Titi Pati, Renggong Buyut, Goyong-Goyong dan Raja Pulang. Masing-masing lagu memiliki makna yang mendalam dan menggambarkan berbagai aspek kehidupan manusia.

Sang Golewang menggambarkan perjalanan hidup manusia yang penuh liku dan tantangan.
Titi Pati mengajarkan kita untuk berhati-hati, mengingat kehidupan di dunia ini hanya sementara.
Renggong Buyut menggambarkan pentingnya menjaga silaturahmi.
Goyong-Goyong menekankan nilai gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat.
Raja Pulang menggambarkan bahwa kehidupan manusia di dunia hanyalah pengembaraan sementara yang suatu saat akan berakhir dengan kematian.

Fenomena Karuhun dalam Tradisi Babarit
Salah satu hal unik yang terjadi selama pelaksanaan Golewang adalah fenomena di mana salah satu warga dirasuki oleh karuhun atau leluhur yang sudah meninggal. Warga yang dirasuki ini akan menari di luar kesadarannya.. Bagi masyarakat Dusun Ciawitali, fenomena ini dianggap sebagai hal yang lazim dan merupakan tanda bahwa karuhun mereka merasa senang dan berterima kasih dengan acara yang diadakan.

Proses pemulangan karuhun oleh tokoh dusun
Proses pemulangan karuhun oleh tokoh dusun

Lagu Sang Golewang dianggap sebagai lagu yang paling sakral oleh warga dusun, karena sering kali menjadi pemicu terjadinya peristiwa kerasukan. Tradisi ini diakhiri dengan lagu Raja Pulang, di mana salah satu warga yang dipercaya bisa berkomunikasi dengan karuhun akan “memulangkan” karuhun yang merasuki warga tersebut ke tempat asalnya.

Merawat Warisan Budaya dengan Penuh Penghormatan
Tradisi Babarit di Dusun Ciawitali bukan sekadar ritual tahunan, melainkan juga cerminan dari nilai-nilai luhur yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Dengan melestarikan tradisi ini, warga Dusun Ciawitali tidak hanya merawat warisan budaya Sunda, tetapi juga menjaga hubungan harmonis dengan alam dan leluhur mereka.

Tradisi ini menjadi pengingat bahwa dalam kehidupan modern yang serba cepat, penting untuk tetap menghargai dan memelihara akar budaya yang telah menjadi bagian dari identitas bersama. [UN]