Koran Sulindo – Ketua Dewan Syuro PKS Salim Segaf Al-Jufri dipandang tidak layak untuk diusung sebagai calon Wakil Presiden.
Demikian pendapat kader PKS, yang juga Ketua DPR Fahri Hamzah kepada wartawan di gedung Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (2/8).
Kemunculan nama Salim sebagaimana hasil rekomendasi ijtima ulama pun membuat Fahri kecewa. Dari sembilan nama kandidat yang disediakan PKS untuk berkompetisi dalam Pilpres 2019 sebagai pendamping Prabowo Subianto mengapa harus Salim yang dipilih.
“Haduuh.. Saya tarik nafas panjang deh. Dari awal dia nggak ngerti cara memimpin,” kata Fahri.
Menurut Fahri, kalau ukurannya elektabilita Somad lebih mampu mendongkrak elektabilitas.
“Kalau masalah di dalam saja enggak selesai, karena gini kalau kita berbicara elektabilitas, pasti lah elektabilitasnya Ustaz Abdul Somad jauh lebih tinggi,” kata Fahri.
Fahri mengaku heran pada sikap PKS, Dalam keputusan mendukung capres atau cawapres perlu mekanisme majelis syuro. Salim hanya memperoleh dukungan 1,7 persen dalam musyawarah internal. Entah mengapa tiba-tiba satu nama mencuat begitu saja.
“Sebab ujug-ujug kalau muncul satu tanpa musyawarah dalam keadaan partai sedang pecah gini ya bisa berantakan itu,” kata dia.
Di sisi lain, dengan dipilihnya Salim sebagaimana hasil ijtima ulama, Fahri mempertanyakan nasib kedelapan kandidat PKS lainnya. “Keputusan diambil gitu saja. Partai apa ini.”
Seperti diketahui PKS telah mempromosikan sembilan kadernya dan ditawarkan kepada Prabowo Subianto, untuk dijadikan Calon Wakil Presiden, di Pilpres 2019.
Sembilan nama itu adalah Ahmad Heryawan, Hidayat Nur Wahid, Anis Matta, Irwan Prayitno, Sohibul Iman, Salim Segaf al-Jufri, Tifatul Sembiring, Muzzamil Yusuf dan Mardani Ali Sera.
Sebelumnya, hasil rapat pleno yang dipimpin oleh KH Abdul Rasyid Abdullah Syafi’i. Ijtima Ulama dan Tokoh Nasional yang digelar oleh Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Ulama (GNPF-Ulama) secara resmi telah ditutup, pada hari, Sabtu malam (28/7).
Komisi Politik GNPF Ulama merumuskan kritera ideal calon pemimpin dan pejabat publik yang akan dipilih oleh umat Islam.
Pejabat publik yang dimaksud adalah pejabat penyelanggara negara seperti eksekutif, legislatif, yudikatif, presiden/wapres, gubernur/wagub, bupati/wabup, walikota/wakil walikota, anggota DPR/DPRD dan pimpinan atau anggota lembaga negara lainnya.
Untuk kepemimpinan nasional peserta Ijtima Ulama dan Tokoh Nasional sepakat untuk merekomendasika Prabowo Subianto-Al Habib Salim Segaf Al-Jufri atau Prabowo Subianto-Ustadz Abdul Somad Batubara sebagai capres dan cawapres.
Mereka diminta untuk segera didaftarkan ke KPU oleh Partai Koalisi Keumatan dalam kontestasi Pemilihan Presiden 2019.
Namun, penunjukan sebagai calon cawapres itu ditampik Abdul Somad. Melalui akun Instagramnya, @ustadzabdulsomad, ia justru mengunggah poster yang berisi wajah Prabowo Subianto dan Salim Segaf Aljufri.
Dalam poster itu pasangan tersebut disebutnya sebagai ‘DUET MAUT TENTARA-ULAMA Pimpin & Jaga NKRI.’
“Prabowo-Habib Salim pasangan tawazun (seimbang) antara ketegasan tentara dan kelembutan ulama, Jawa non-Jawa, nasionalis-religius, plus barokah darah nabi dalam diri Habib Salim,” tulis Abdul Somad.
Seimbang yang disebutnya itu termasuk mencakup Jawa-non-Jawa, nasionalis-religius dan plus barokah darah Nabi dalam diri Habib Salim.
Ia justru mengatakan ingin fokus di bidang pendidikan dan dakwah dan tetap berkomunikasi dengan Habib Salim atau Prabowo. Ia menyebutnya tetap ingin mejadi suluh di tengah kelam, setetes embun di tengah sahara.
“Setelah Sayyidina Umar bin Khattab wafat, sebagian Sahabat ingin membaiat Abdullah -anak Sayyidina Umar- sebagai pengganti. Beliau menolak lembut, karena bidang pengabdian ada banyak pintu,” tulis Abdul Somad mentamsilkan penolakannya itu.
Saat berada di Semarang, Jawa Tengah, Ustaz Somad telah menyampaikan penolakannya terkait dengan rekomedasi ulama. Dia mengaku sangat menghormati keputusan dalam Ijtima Ulama.
“Doakan Ustaz Somad istiqomah jadi ustaz sampai mati, bahwa ada para ulama ijtima, kiai-kiai, santri-santri, lebih seribu orang memberikan rekomendasi kita hormati,” katanya.[SAE/TGU]