BANK DUNIA (World Bank) memperkirakan perekonomian pada tahun 2024 ini masih dalam bayang-bayang resesi. Hal ini ditandai dengan perlambatan ekonomi secara global.
Menurut World Bank, potensi pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini sekitar 75 basis poin lebih rendah dibandingkan rata-rata pertumbuhan ekonomi periode 2010-an.
Dalam laporan Global Economic Prospect edisi Januari 2024, World Bank menyebutkan penyebab buruknya kondisi ekonomi global tahun ini adalah ketegangan geopolitik yang memanas. Situasi geopolitik telah menciptakan tantangan baru dalam jangka pendek bagi ekonomi dunia.
Prospek jangka menengah bagi banyak negara berkembang juga makin suram. Hal itu terjadi di tengah melambatnya pertumbuhan ekonomi sebagian negara maju, lesunya perdagangan global dan kondisi keuangan yang ketat.
Laju perdagangan global pada tahun 2024 diperkirakan hanya mencapai separuh dari rata-rata pertumbuhan perdagangan global pada dekade sebelum pandemi.
Selain itu, biaya pinjaman negara-negara berkembang pun membengkak yang dipengaruhi oleh tingginya suku bunga.
Dengan adanya berbagai faktor tersebut maka WB meramalkan pertumbuhan ekonomi dunia sepanjang tahun ini akan melambat ke posisi 2,4%, tahun sebelumnya ekonomi global diperkirakan tumbuh sebesar 2,6% pada 2023.
Pertumbuhan investasi turun
Bank Dunia memperkirakan, pertumbuhan investasi per kapita negara-negara berkembang pada tahun 2023 dan 2024 bakal anjlok.
Bank Dunia memperkirakan rata-rata pertumbuhan investasi per kapita negara berkembang pada tahun lalu dan tahun ini sebesar 3,7% YoY. Atau hanya separuh dari performa rata-rata pertumbuhan dalam dua dekade sebelumnya.
Wakil Kepala Ekonom Bank Dunia Ayhan Kose mengatakan investasi merupakan hal yang penting untuk digenjot negara-negara berkembang.
Bila negara-negara berkembang mampu mempercepat pertumbuhan investasi per kapita setidaknya menjadi 4% dan mempertahankannya selama enam tahun atau lebih, maka ini akan memberi dampak yang besar.
“Seperti, tingkat pendapatan yang akan melaju, tingkat kemiskinan bakal menurun lebih cepat, dan pertumbuhan produktivitas akan meningkat empat kali lipat,” kata Kose, dikutip Jumat (12/1).
Selain itu, manfaat lainnya adalah penurunan inflasi, posisi fiskal dan ketahanan eksternal yang makin kuat, serta akses masyarakat terhadap internet akan meningkat pesat.
Peningkatan investasi juga memiliki potensi untuk mentransformasi negara-negara berkembang dan membantu dalam mempercepat transisi energi dan mencapai berbagai tujuan pembangunan.
Nah, untuk menggenjot investasi, Kose mengimbau negara-negara berkembang untuk melakukan beberapa hal. Seperti, meningkatkan kerangka fiskal dan moneter yang komprehensif, memperluas perdagangan lintas negara dan arus keuangan, memperbaiki iklim investasi, serta memperkuat kualitas kelembagaan.
Kose mengakui kalau upaya-upaya tersebut bakal tak mudah. Namun, ia yakin banyak negara berkembang telah mampu melalui ini sebelumnya. [PAR]