Sulindomedia – Puncak acara Earth Hour ke-8 yang jatuh pada 19 Maret mendatang—dengan gerakan mematikan lampu selama 1 jam, yang dimulai pukul 20.30 – 21.30–akan dipusatkan di Candi Borobudur dan Prambanan, Jawa Tengah. Tercatat, ada 37 kota di Indonesia yang telah menyatakan akan ikut menyelenggarakan gerakan memadamkan lampu.

Earth Hour menjadi pengingat akan upaya yang diperlukan oleh individu, pemerintah, dan korporasi sebagai kontribusi dalam menahan laju perubahan iklim,” ujar Dr Efransjah, CEO WWF Indonesia, dalam penjelasannya kepada wartawan di Yogya, Selasa (15/3/2016).

Menurut Efransjah, perubahan iklim merupakan ancaman nyata bagi kelestarian kekayaan alam, keanekaragaman hayati, dan kelangsungan hidup kita. Dengan mengambil tema “Shine A Light on Climate Action’”, WWF mengajak warga untuk menjadikan Earth Hour sebagai perayaan untuk melakukan aksi dalam menghadapi perubahan iklim.

“Lewat simbolisasi mematikan lampu dan peralatan elektronik yang tidak digunakan selama satu jam, kita diharapkan punya komitmen nyata dalam mengurangi emisi gas rumah kaca,” tuturnya lagi.

Dipilihnya lokasi di dua candi tersebut, kata Efransjah, karena bisa dijadikan simbolisasi agar kita sadar bahwa kita bukan hanya diwarisi alam yang begitu kaya dan indah, tapi juga harus mampu untuk mewariskan planet bumi yang lestari ke anak cucu kita.

Ketika ditanya seberapa banyak energi yang dihemat dengan mematikan lampu dan peralatan elektronik lainnya, Direktur Komunikasi dan Advokasi WWF Indonesia Nyoman Iswarayoga menegaskan, WWF tak menghitung sampai ke sana. “Sebetulnya bisa dihitung sendiri. Tapi, kami hanya mengajak untuk mengurangi emisi gas rumah kaca,” ujarnya.

Nyoman juga berharap sesudah perayaan Earth Hour nanti, gerakan mematikan lampu untuk mengurangi emisi gas rumah kaca menjadi sebuah gaya hidup

Direktur Utama PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko Edy Setijono mengatakan, partisipasi pengelola Candi Borobudur dan Prambanan merupakan simbol penting akan suara dan komitmen Indonesia sebagai bagian dari masyarakat global. “Kami mendukung gerakan Earth Hour dengan semangat melestarikan warjsan budaya dunia dari dampak perubahan iklim,” katanya.

Earth Hour Indonesia tahun ini mendapat dukungan dari Twitter Indonesia. Pada saat malam Earth Hour, pengguna Twitter bisa mengikuti prosesi switch off di Candi Borobudur lewat tayangan Periscope.

Komunitas Earth Hour Indonesia juga membuka kesempatan partisipasi masyarakat untuk mendukung empat kegiatan konservasi hijaukan hutan dengan berdonasi melalui program crowdfunding komunitas Earth Hour Indonesia di kanal earthhour.kitabisa.com. [YUK]