Pemilu demokratis
Ilustrasi/Mahdaen TV

Koran Sulindo — Partai politik ketika itu dalam mengatur strategi pemilihan umum hanya bermodalkan insting dan pengalaman. Tetapi, ketika sejak Maret 2005 parpol mulai menggunakan data, riset, lembaga survei dan konsultan politik untuk bertarung dalam pemilu atau pemilihan kepala daerah.

“Bulan Maret 2005 akan dikenang sebagai revolusi diam-diam dalam politik pemilu Indonesia,” ujar pendiri lembaga survei Lingkaran Survei Indonesia Denny JA kepada wartawan, Kamis (13/8/2020).

Saat itulah, kata Denny, periode berakhirnya politik tradisional dan menjadi awal lahirnya politik modern, yang mengawinkan politik praktis dengan ilmu pengetahuan.

LSI Denny JA dan Partai Golkar ketika itu, klaim dia, yang memulai tradisi itu, yaitu tradisi digunakannya lembaga survei untuk menjaring kandidat. Seperti yang tertuang dalam salah satu bab buku Denny JA yang terbaru berjudul “Membangun Legacy: 10 P dalam Marketing Politik, Teori dan Praktek” yang terbit pada tahun ini.

Berdasarkan pengalamannya ikut memenangkan SBY sebagai presiden di tahun 2004, dan Partai Golkar juara kembali di tahun 2004, kemudian Denny melobi partai Golkar di tahun 2005 sehingga politik pemilu pun berubah.

“Untuk pertama kalinya, di tahun 2005 itu Partai Politik menanda tangani kerja sama dengan lembaga survei dan konsultan politik LSI Denny JA menjaring 200 calon kepala daerah untuk menghadapi pilkada langsung pertama di Indonesia,” ucap Denny.

Golkar saat itu diwakili Andi Matalata, disaksikan Ruly Chairul Azwar, sementara LSI diwakili Denny JA. Kemudian, tradisi partai politik menggunakan lembaga survei dominan hingga hari ini, dan kultur politik Indonesia pun berubah dengan lahirnya para profesional di bidang marketing politik.

Genap 17 tahun sudah Denny JA menjadi praktisi konsultan politik, dan lembaga survei pada 2020 disumbangkannya teori baru dalam marketing politik yang dirumuskan dalam 10 P lewat buku terbarunya itu.

Prinsip 10 P itu, yakni “Pro Innovation, Public Opinion, Polling, Product, Positioning, Profiling, Pull Marketing, Push Marketing, Post-Election dan Political Legacy.”

Denny mengatakan, seorang pemimpin tak cukup hanya menang pemilu dan menjadi pejabat, tetapi harus pula membuat menyumbangkan “batu bata” bagi dinding pertumbuhan masyarakatnya.

“Saya menulis sebagai bagian dari derma, ingin Ikut membagikan pengetahuan dan pengalaman seluas mungkin kepada publik,” ujar Denny yang akan membagikan gratis bukunya dalam format PDF. [WIS]