Koran Sulindo – Memo rahasia lembaga intelijen Amerika Serikat (CIA) mengenai kematian gerilyawan Kuba Ernesto Che Guervara kini menjadi dokumen publik. Dokumen yang dibuat pada 1967 itu menyebut, pejabat AS menganggap eksekusi terhadap Che sebagai sebuah kemenangan besar.
“AS mempercayai gagasan Che dapat dikubur bersama dengan tubuhnya setelah ditembak pasukan Bolivia hasil didikan CIA,” tulis dokumen itu yang dimuat thenation.com pada 10 Oktober lalu.
Itulah gambaran kegembiraan pejabat AS sekitar 50 tahun lalu. Penangkapan dan eksekusi terhadap Che dianggap sebagai “kemenangan” paling penting terhadap rival mereka: Kuba dan Amerika Latin secara umum. Gedung Putih dan CIA menuliskan sejumlah dokumen rahasia sebagai analisis atas kematian Che dan dampaknya terhadap Fidel Castro, pemimpin Kuba pada waktu itu.
AS berkepentingan untuk mencegah revolusi menyebar ke seluruh negara di wilayah Amerika Latin. Dokumen itu lalu dikirimkan kepada Presiden Lybdon Johnson dengan judul SECRET-SENSITIVE/Eyes Only. Itu lima hari setelah eksekusi terhadap Che.
Dalam sebuah rangkuman singkat dengan judul Capture and Execution of Ernesto “Che” Guevara, Direktur CIA Richard Helms yang memastikan rincian waktu terakhir hidup Che menegaskan, Che tidak tewas dalam perang atau dalam bentrokan dengan pasukan Bolivia. Akan tetapi, Che tewas karena dieksekusi.
Memo CIA ini menegaskan, selain pemerinta Bolivia, AS berperan dalam eksekusi Che. Mayat Che bahkan tidak dikembalikan ke negaranya di Argentina dengan alasan sudah dikremasi. Itu sengaja dilakukan sebagai upaya menyembunyikan bagaimana Che tewas.
Laporan CIA itu juga menyebut, kematian Che merupakan pukulan bagi Fidel. “Kematian Che Guevara ini membawa implikasi signifikan ini,” tulis memo itu kepada Presiden Johnson. Bahkan memo itu menyinggung nama-nama tokoh progresif negara Dunia Ketiga lainnya seperti Soekarno dari Indonesia, Ben Bella dan Nkrumah.
Lantas apa reaksi Fidel atas berita kematian Che itu? AS khawatir Fidel bakal mengembalikan revolusi melawan negeri Uwak Sam itu. Antara lain, misalnya, dengan mengebom Kedutaan Besar mereka atau menculik pejabat diplomatik. Karena itu pula, Kementerian Luar Negeri AS mengirim pesan kepada perwakilan ke seluruh negeri agar mewaspadai hal-hal yang tidak diinginkan.
Penilaian AS terhadap Fidel dan negeri seperti Kuba jelas salah. Revolusi Kuba sama sekali berbeda dengan gerakan terorisme internasional. Tak ada bom yang diledakkan di kantor-kantor perwakilan pemerintah AS di berbagai negara. Tidak ada penculikan terhadap pejabat diplomatik mereka.
Betul Fidel sungguh bersedih mendengar kematian Che, sahabatnya itu. Ia hanya memberikan sambutan dalam bentuk pidato yang berapi-api, serius dan sedih ketika memperingati kematian Che pada 18 Oktober 1967. Kematian Che, kata Fidel, merupakan pukulan “keras”, pukulan yang luar biasa bagi gerakan revolusioner.
Tapi, ia menambahkan, jika AS merasa itu sebagai sebuah kemenangan adalah sebuah kekeliruan. AS berpikir, kematian Che akan mematikan gagasannya, konsep gerilyanya, dan teorinya. Apa yang dipikirkan AS itu adalah sebuah kesalahan, kata Fidel. [KRG]