Ilustrasi: Megawati Soekarnoputri menerima penganugerahan gelar Doktor Kehormatan (Honoris Causa) bidang Diplomasi Ekonomi dari Fujian Normal University, di Fuzhou, Tiongkok, Senin (5/10/2018)/pdiperjuangan.id

Koran SulindoBerikut ini adalah orasi ilmiah lengkap Megawati Soekarnoputri dalam penganugerahan gelar Doktor Honoris Causa di bidang Ekonomi dari Fujian Normal University, Tiongkok. [DAS]

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Semoga Tuhan damai bagi kita semua,

Namo Buddhaya,

Om Swastiastu,

Selamat pagi,

Prof Dr Wang Changping, Presiden Fuzhou Normal University;

Yang Terhormat, Dewan Senat Profesor Fujian Normal University;

Duta Besar Indonesia untuk Republik Rakyat Tiongkok, Bapak Djauhari Oratmangun;

Tuan Tang Dengjie, Gubernur Provinsi Fujian, Republik Rakyat Tiongkok;

Tuan You Mengjun, Walikota Kota Fuzhou, Provinsi Fujian;

Civitas Academica dari Fujian Normal University;

Tamu-tamu terhormat;

Wanita dan pria;

Sungguh saya merasa bangga dan terhormat menerima Doctor Honoris Causa dalam bidang Diplomasi Ekonomi dari Fuzhou Normal University, yang merupakan salah satu universitas terbaik di Cina. Tak bisa dipungkiri bahwa sejarah panjang Universitas ini telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap ilmu pengetahuan, inovasi teknologi, dan pembangunan ekonomi di Cina yang memungkinkan negara untuk mencapai statusnya sebagai ekonomi terbesar kedua di dunia, setelah Amerika Serikat, sejak 2014. Jika pertumbuhan ekonomi kedua negara ini sama seperti itu, diperkirakan bahwa pada 2020 Cina akan mengambil alih posisi AS sebagai ekonomi terbesar di Bumi (Bank Dunia dan IMF, 2016).

Hadirin yang saya hormati,

Kehadiran saya di negara ini, membuat saya teringat pada ayah saya, Proklamator, Bapak Bangsa Indonesia, sekaligus Presiden Pertama Republik Indonesia. Kami menyebutnya Bung Karno. Beliau mengutus Ali Satroamidjojo, Perdana Menteri Indonesia untuk menemui Pemerintah Republik Rakyat Tiongkok (RRT), menyampaikan undangan resmi Konferensi Asia Afrika pada tahun 1955. Bung Karno berkirim pesan: “sudah saatnya Cina membuka diri pada dunia”. Pemerintah RRT mengirimkan delegasi resminya, Mr. Zhou Enlai.

Dalam pembukaan Konferensi Asia Afrika Bung Karno mengatakan:

Rakyat di mana-mana di bawah kolong langit ini, tidak mau ditindas oleh bangsa lain, tidak mau dieksploitir oleh golongan-golongan apapun, meskipun golongan itu adalah dari bangsanya sendiri.

Rakyat di mana-mana di bawah kolong langit ini menuntut kebebasan dari kemiskinan, dan kebebasan dari rasa takut, baik yang karena ancaman di dalam negeri, maupun yang karena ancaman dari luar negeri.

Rakyat di mana-mana di bawah kolong langit ini menuntut kebebasan untuk menggerakkan secara konstruktif ia punya aktivitet-sosial, untuk mempertinggi kebahagiaan individu dan kebahagiaan masyarakat.

Rakyat di mana-mana di bawah kolong langit ini menuntut kebebasan untuk mengeluarkan pendapat, yaitu menuntut hak-hak yang lazimnya dinamakan demokrasi.”

Saudara-saudara,

Sementara itu, di pembukaan Konferensi Asia Afrika Zhou Enlai menyampaikan pidato, yang tidak akan pernah saya lupakan. Ia mengatakan “Delegasi Cina datang ke sini untuk mencari persatuan, bukan pertengkaran…. Tidaklah perlu mempublikasikan ideologi dan sistem politik negara seseorang di dalam konferensi ini, walaupun ada perbedaan di antara kita. Delegasi Cina datang ke sini untuk mencari persamaan, bukan perbedaan…. Jika kita mencari kesamaan dalam menjauhkan penderitaan dan bencana di bawah penjajahan, akan sangat mudah bagi kita untuk saling mengerti dan saling menghormati, saling simpati dan mendukung, dibanding untuk saling curiga dan takut, saling mengucilkan dan bermusuhan.”

Di Konferensi tersebut Zhou Enlai mengajukan Lima Prinsip, yang dikenal dengan Lima Prinsip Perdamaian Zhou Enlai, yaitu: saling menghormati kedaulatan negara lain; tidak menggunakan kekerasan, tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain, menjunjung tinggi prinsip kesetaraan dan kerjasama saling menguntungkan; serta hidup berdampingan dengan damai. Lima Prinsip ini menjadi bagian penting, sekaligus menjadi spirit Dasa Sila Bandung. Sepuluh prinsip yang kemudian membawa gelombang kemerdekaan bangsa-bangsa terjajah di Asia, Afrika dan Amerika Latin.

Saudara-saudara,

Saya sengaja menuturkan sedikit sejarah abad ke-20 di atas yang mampu mempengaruhi perubahan peradaban dunia. Keputusan politik yang telah ditorehkan para pendiri bangsa Asia Afrika, bagi saya adalah modal penting dalam perjalanan hubungan politik luar negeri kita. Kini, setelah 63 tahun berlalu, prinsip-prinsip hubungan antar bangsa dalam Konferensi Asia Afrika menemukan momentumnya kembali, termasuk dalam kaitannya dengan diplomasi ekonomi.

Saudara-saudara

Diplomasi ekonomi, dalam pandangan saya tidak dapat dipisahkan dari diplomasi politik. Setiap langkah dan kebijakan ekonomi, sesungguhnya merupakan hasil dari keputusan politik. Diplomasi ekonomi dijalankan dengan berbasis pada keputusan politik. Keputusan politik menjadi landasan suatu diplomasi ekonomi dijalankan. Sehingga bagi saya, diplomasi ekonomi tidak boleh tidak harus berpijak pada apa yang telah ditorehkan para pendiri bangsa.

Bung Karno menegaskan prinsip politik luar negeri yang harus dianut dan dijalankan oleh Indonesia adalah politik bebas aktif. Bebas artinya tidak terikat pada pihak mana pun. Aktif artinya terlibat secara aktif dan terus menerus dalam perdamaian dunia.

Hal ini pula yang menjadi prinsip dalam diplomasi politik dan diplomasi ekonomi yang saya yakini dan jalankan. Jelas, setiap negara menginginkan ekonomi negaranya maju dan kuat. Tetapi, bukan berarti diplomasi ekonomi yang dilakukan adalah sebuah siasat politik untuk menyelamatkan bangsa sendiri dan membuat bangsa lain sekarat. Bukan, bukan itu jalan yang diamanatkan para pendiri bangsa kita. Saya percaya, Pemerintah dan Rakyat Cina pun tidak sepakat dengan praktek-praktek ekonomi tanpa hati. Hal ini tergambar dalam komitmen pemerintah RRT di bawah kepemimpinan Presiden Xi Jinping. Pada pertemuan penutupan sesi pertama Kongres Rakyat Nasional ke-13 di Beijing pada 20 Maret tahun ini, sangat jelas. Presiden Xi Jinping menegaskan bahwa Cina tidak akan pernah mencari pengembangan dan kemajuannya dengan mengorbankan kepentingan bangsa lain. Kemajuan yang diraih oleh Cina tidak akan menimbulkan ancaman bagi negara lain. Dengan kata lain, kebangkitan ekonomi Cina bukan merupakan genderang perang dagang. Paradigma perang dalam ekonomi merupakan cermin dari free fight liberalism. Kebangkitan ekonomi Cina merupakan buah dari diplomasi politik dan ekonomi yang secara konsisten menjalankan Lima Prinsip Perdamaian Zhou Enlai. Diplomasi Ekonomi Pembebasan menuju perdamaian dunia.

Saudara-saudara,

Diplomasi ekonomi pembebasan adalah jalan diplomasi yang seharusnya ditempuh untuk menyelesaikan berbagai ketimpangan dan ketidakadilan akibat sistem ekonomi liberal. Saat ini Cina merupakan salah satu kiblat ekonomi dunia. Saya berharap, sekaligus mendukung Cina untuk menjalankan diplomasi ekonomi pembebasan. Kompleksitas persoalan yang dihadapi dunia, jelas membutuhkan kehadiran Cina. Banyak negara membutuhkan Cina, termasuk Amerika Serikat membutuhkan Cina yang memberi contoh dijalankannya diplomasi ekonomi pembebasan. Sehingga kekuatan ekonomi Cina menjadi kekuatan dunia yang sesungguhnya. Saya yakin, diplomasi ekonomi pembebasan jika dijalankan secara konsisten oleh Cina dapat menjadi jawaban bagi problem dunia. Jawaban untuk mengakhiri problem kemiskinan yang melahirkan kelaparan, pengangguran, terorisme, perdagangan manusia dan narkotika, pemanasan global, konflik antar negara, dan lainnya.

Saudara-saudara,

Gelar Doktor Honoris Causa bidang Diplomasi Ekonomi yang saya terima hari ini, sesungguhnya menjadi pesan moral tersendiri. Pesan untuk menyelesaikan tugas sejarah para pendiri bangsa kita. Ini tugas sejarah yang harus kita selesaikan. Tugas untuk terus mengelaborasi pemikiran para pendiri bangsa dan menjalankannya dalam diplomasi ekonomi pembebasan menuju tata dunia baru. Dunia baru yang menjunjung tinggi nilai dan prinsip perdamaian dalam bingkai keadilan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh umat manusia.

Wassalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Om Shanti Shanti Shanti Om

Dr (HC) MEGAWATI SOEKARNOPUTRI

Presiden ke-5 Republik Indonesia

Fujian Normal University, Fuzhou, 5 November 2018