Santosa

Koran Sulindo – Kelompok teroris Negara Islam Irak Suriah [ISIS] mengaku bertanggung jawab atas serangan di sebuah kereta api Jerman. Pelaku penyerangan digambarkan masih berusia 17 tahun, menggunakan senjata tajam dan merupakan pengungsi asal Afghanistan kemudian diakui sebagai “tentara ISIS”.

Media ISIS, Amaq menyebutkan pelaku penyerangan di kereta api Jerman adalah seorang prajurit ISIS yang beroperasi untuk menargetkan negara-negara yang terlibat memerangi ISIS.

Seperti dikutip independent.co.uk, sekitar 20 orang terluka, 2 di antaranya dalam keadaan kritis. Serangan terhadap kereta api itu terjadi di dekat Kota Wurzburg, Bavaria pada Senin malam.

Pelaku berhasil dilumpuhkan polisi setelah meneriakkan takbir “Allahu Akbar.” Pelaku penyerangan telah berdomisili di Jerman selama dua tahun. Saksi mata menceritakan, situasi di dalam kereta api kacau seperti sedang ada perang. Darah di mana-mana.

Di Indonesia, berdasarkan keterangan resmi Kepolisian RI, Santoso, pemimpin organisasi yang disebut berafiliasi dengan ISIS tewas dalam aksi tembak menembak pada 18 Juli malam di Poso. Dalam Operasi Tinombala itu, selain Santoso, pengikutnya, dua perempuan dan satu laki-laki berhasil melarikan diri.

Belum diketahui siapa ketiga orang tersebut. Dalam operasi itu, polisi berhasil menyita senjata M16 milik kelompok Santoso. Jaringan Santoso menjadi bagian dari kelompok internasional berawal dari pertemuannya dengan Jamaah Islamiyah melalui sempalannya Jamaah Ansharut Tauhid di Kayamanya pada 2010.

Santoso disebut berhasil mempersatukan pengikutnya dengan jaringan yang dipimpin Abu Bakar Baasyir. Pada tahun yang sama kelompok JAT Poso terbentuk. Santoso kemudian menjabat sebagai pengurus bidang asykari atau pelatihan militer.

Setidaknya pelatihan militer ini berlangsung hingga 2013. Belakangan kelompok Santoso juga menyatakan berbaiat pada Negara Islam Irak dan Suriah alias ISIS. Dan pada malam Senin kemarin berakhir sudah petualangan Santoso sebagai gembong teroris lokal dan internasional. [Kristian Ginting]