Asap membumbung tinggi setelah serangan militer Israel kesebuah bangunan di Gaza [foto:Reuters]
Asap membumbung tinggi setelah serangan militer Israel kesebuah bangunan di Gaza [foto:Reuters]

Rapat tertutup Dewan Keamanan PBB (UNSC) mengenai eskalasi konflik yang terjadi di Gaza akhir pekan lalu gagal melahirkan kesepakatan atau pernyataan bersama.

Rapat tersebut berlang selama sekitar 90 menit dengan agenda mendengarkan pengarahan dari utusan perdamaian Timur Tengah PBB, Tor Wennesland.

Tidak ada wakil dari Palestina dan Israel yang menghadiri pertemuan tersebut, namun Duta Besar Palestina Riyad Mansour meminta para diplomat yang hadir untuk fokus mendesak Israel agar menghentikan pendudukannya di Palestina.

“Sayangnya, bagi beberapa media dan negara, sejarah baru dimulai ketika ada warga Israel yang terbunuh. Ini adalah saat yang tepat untuk memberi tahu Israel bahwa mereka perlu mengubah haluan, bahwa ada jalan menuju perdamaian di mana tidak ada warga Palestina dan Israel yang perlu terbunuh,” ungkap Mansour.

Meskipun demikian, Amerika Serikat meminta 15 anggota dewan untuk mengecam keras tindakan pejuang palestina merdeka, Hamas. Sejumlah negara pun disebut sepakat dengan AS.

Sedangkan pihak Rusia yang diwakili Duta Besar Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia, menekankan untuk diadakan gencatan senjata secepatnya agar korban tidak bertambah banyak.

“Pesan saya adalah untuk menghentikan pertempuran sesegera mungkin dan melakukan gencatan senjata serta melakukan negosiasi yang lebih berarti. Hal ini sebagian disebabkan oleh permasalahan yang belum terselesaikan,” kata Vassily.

Baca Juga : Bung Karno dan Palestina

Senada dengan Rusia, Uni Emirat Arab mengatakan pihaknya mengharapkan lebih banyak pertemuan dilakukan oleh Dewan Keamanan PBB untuk membahas penyelesaian konflik tersebut.

“Saya pikir semua orang memahami bahwa saat ini situasinya sangat memprihatinkan. Banyak anggota dewan yang percaya bahwa cakrawala politik akan menuntun kita kepada solusi dua negara, dan itu adalah satu-satunya cara untuk menyelesaikan konflik,” ungkap Duta Besar UEA Lana Zaki Nusseibeh. [S21]