Kebijakan pemerintah menaikan harga bahan bakar minyak atau BBM jenis Pertalite, Solar dan Pertamax yang banyak gunakan masyarakat menyebabkan harga-harga melonjak.
Lonjakan harga kebutuhan hidup masyarakat tercermin dari angka inflasi yang kian tinggi. Pada bulan September ini saja Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyebut inflasi terpantau sudah mencapai 5,98 persen.
“Bulan ini, survei pemantauan harga (inflasi) 5,89 persen dan mungkin ada kenaikan beberapa bulan dan akhir tahun sedikit di atas 6 persen. Namun setelah itu inflasi akan melandai,” ujar Perry dalam konferensi pers virtual, Kamis (22/9).
Ia menyebut Bank Indonesia melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) akan memperkuat koordinasi, sehingga bisa menjamin ketersediaan pasokan terutama pangan di masyarakat.
“Bersama pemerintah akan ada gerakan pengendalian pangan di 18 daerah, bukan hanya inflasi pangan, namun tarif angkutan. Semoga inflasi bisa terkendali dan meskipun akan sedikit tinggi dari 6 persen, itu puncaknya dan kembali akan menurun,” lanjutnya lagi.
Sebelumnya Bank Indonesia (BI) memperkirakan inflasi sampai akhir tahun lebih dari 6 persen. Angka ini berarti meleset dari target pemerintah dan BI tahun ini sebesar 3 plus minus 1 persen atau 2 persen hingga 4 persen.
Gubernur BI Perry Warjiyo menyebutkan lonjakan inflasi ini memang disebabkan oleh naiknya berbagai harga barang akibat penyesuaian bahan bakar minyak (BBM) yang dilakukan pemerintah.
“Dampak penyesuaian BBM pertalite dan solar bukan hanya dampak langsung ke tarif angkutan, tapi juga second round impact terhadap barang-barang yang lain,” kata dia dalam konferensi pers virtual, Kamis (22/9). [DES]