Dampak COVID-19 pada Kesehatan Mental Anak

Ilustrasi dampak Covid-19 pada anak - AP

Selama masa kanak-kanak, kesehatan mental yang baik sama pentingnya dengan kesehatan fisik, untuk mencapai puncak perkembangannya. Hal tersebut membantu anak-anak untuk mencapai kesejahteraan emosional dan keterampilan sosial mereka.

Selain itu, anak-anak yang sehat secara mental akan berfungsi dengan baik di rumah, di sekolah, dan di komunitas mereka serta memiliki peluang lebih besar untuk menjalani kehidupan yang bahagia dan sukses. Sebaliknya, kesehatan mental yang buruk selama masa kanak-kanak dapat mempengaruhi cara anak-anak belajar, berperilaku, atau menangani emosi mereka.

Pandemi COVID-19 membawa serangkaian tantangan yang kompleks dan berdampak pada kesehatan mental semua orang, termasuk anak-anak dan remaja. Kesedihan, ketakutan, ketidakpastian, isolasi sosial, dan kelelahan orang tua dapat berdampak negatif pada kesehatan mental anak-anak. Persahabatan dan dukungan keluarga adalah kekuatan untuk membuat anak-anak stabil, tetapi pandemi COVID-19 ternyata juga ikut mengganggu mereka.

Kesehatan mental jutaan anak di seluruh dunia ikut terpengaruh, selama pandemi COVID-19. Lebih dari 330 juta anak-anak telah terjebak di rumah, hingga Maret 2021, setidaknya selama sembilan bulan, sejak virus menyebar tak terkendali.

Menjadi sulit bagi orang tua untuk menenangkan kecemasan anak-anak karena ketidakpastian dan stres dalam kehidupan mereka sendiri. Tantangan pekerjaan atau emosional yang dihadapi orang tua mengganggu kemampuan mereka yang biasa untuk mengatasi kebutuhan dan kekhawatiran anak-anak.

Kapan sekolah akan dibuka kembali? Kapan mereka bisa keluar dan bermain? Kapan mereka bisa mengunjungi tempat favorit mereka? Ini adalah beberapa pertanyaan umum yang mungkin dikhawatirkan oleh anak-anak.

Bukan hal yang aneh bagi anak-anak untuk mengalami emosi negatif seperti ketakutan, kekecewaan, kesedihan, kecemasan, kemarahan, kehilangan, dll. Tetapi sifat pandemi COVID-19 yang berkepanjangan, membatasi, dan meluas itu lah yang memperburuk situasi. Peningkatan waktu di depan layar kaca, hubungan keluarga yang tegang atau gaya hidup menetap di rumah menimbulkan tantangan tambahan.

  • Menjadi orang tua adalah tantangan sehari-hari kemudian harus menghadapi kenyataan COVID 19, jarak sosial dan karantina, itu mungkin merupakan sebuah perjuangan. Bagi orang tua, cara terbaik untuk membantu anak-anak mereka adalah dengan merawat diri mereka sendiri terlebih dahulu.
  • Perawatan diri sendiri tidaklah egois karena memungkinkan pengasuhan yang stabil, dan hal tersebut dapat menenangkan orang tua. Dengan cara ini, orang tua juga akan dapat lebih memahami anak-anak dan membantu mereka merasa tenang, santai, dan fokus.
  • Penting untuk bersikap tenang dan proaktif dalam percakapan dengan anak-anak – perhatikan bagaimana keadaan mereka. Emosi mereka akan berubah secara teratur dan anda perlu menunjukkan kepada mereka bahwa semua baik-baik saja.
  • Baik di sekolah atau di rumah, pengasuh dapat melibatkan anak-anak dalam kegiatan kreatif, seperti bermain atau menggambar, untuk membantu mereka mengekspresikan dan mengkomunikasikan perasaan negatif apa pun yang mungkin mereka alami, di dalam lingkungan yang aman dan mendukung. Ini membantu anak-anak menemukan cara positif untuk mengekspresikan perasaan marah, takut, atau sedih.
  • Karena anak-anak sering meniru orang dewasa dalam hidup mereka – termasuk orang tua dan guru – penting bagi orang dewasa untuk mengelola emosi mereka sendiri dengan baik dan tetap tenang, serta mendengarkan kekhawatiran anak, berbicara dengan tenang dan meyakinkan mereka.
  • Masalah kesehatan mental yang tidak tertangani dapat mengganggu fungsi anak di rumah, sekolah dan di masyarakat. Orang tua dan guru harus dilengkapi kemampuan untuk mendeteksi dan menangani tanda-tanda awal masalah kesehatan mental di kalangan anak-anak karena merekalah yang pertama kali melihat perubahan emosi atau perilaku anak.
  • Anak-anak dan remaja juga harus didorong untuk berbicara tentang perasaan mereka pada teman atau anggota keluarga yang terpercaya. Intervensi dini dapat mencegah konsekuensi kesehatan mental jangka panjang dari pandemi COVID-19 ini.

Tanda-tanda kecemasan ringan, seperti kesulitan tidur atau berkonsentrasi, telah menjadi umum. Namun anak-anak tampaknya cukup tangguh, dan sebagian besar akan berhasil mengatasi  berkat dukungan orang tua dan teman sebaya.

Namun, beberapa anak akan berisiko lebih besar mengalami reaksi intens, termasuk kecemasan parah, depresi, dan kecenderungan bunuh diri. Masalah kesehatan mental yang sudah ada sebelumnya, pengalaman traumatis atau pelecehan di masa lalu, ketidakstabilan keluarga, atau kehilangan orang yang dicintai dapat membuat anak-anak sangat rentan untuk mengalami kondisi kesehatan mental yang parah.

Orang tua dan pengasuh harus tahu anak mereka. Jika melihat perbedaan signifikan yang tiba-tiba dalam perilaku anak selama lebih dari seminggu, harus mencari bantuan klinis profesional. Gejala perilaku seperti berikut berubah seiring waktu saat anak tumbuh:

  • Pada anak-anak di bawah lima tahun: mengisap jempol, mengompol, menempel pada orang tua, gangguan tidur, kehilangan nafsu makan, takut gelap, kemunduran perilaku atau penarikan diri dari interaksi.
  • Pada anak-anak antara 5 sampai 10 tahun: lekas marah, agresivitas, kemelekatan, mimpi buruk, penghindaran sekolah, konsentrasi yang buruk, dan penarikan dari kegiatan dan teman-teman.
  • Pada remaja antara 10 hingga 19 tahun: hiperaktif atau gelisah, gangguan tidur dan makan, agitasi, konflik yang meningkat, keluhan fisik, perilaku nakal, dan konsentrasi yang buruk.

Di masa-masa yang penuh tantangan ini, pastikan untuk menciptakan lingkungan yang positif di rumah untuk mencoba membuat anak-anak merasa senang dan santai.

Jaga dirimu juga – karena jika kamu bahagia, keluargamu akan bahagia.

Seperti yang dikatakan Direktur Eksekutif UNICEF, Henrietta Fore, “Satu hal yang menghubungkan kita semua adalah bahwa kita melalui krisis ini bersama-sama dan melakukan yang terbaik untuk beradaptasi dengan kenyataan baru. Fokus dan dedikasi pada kesehatan mental dan kesejahteraan anak-anak dan pengasuh sama pentingnya dengan mengambil tindakan pencegahan terhadap virus. Kita bersama-sama dalam hal ini.”  [KY]