Koran Sulindo – Cina mendesak Korea Utara menangguhkan aktivitas ujicoba rudal dan peralatan nuklirnya, sementara Korea Selatan juga didesak menghentikan latihan militer dengan Amerika Serikat. Kedua belah pihak diminta bersama-sama meredakan ketegangan di semenanjung Korea beberapa hari terakhir.
“Untuk meredakan krisis yang semakin meningkat di semenanjung, Cina mengusulkan bahwa sebagai langkah pertama, DPRK bisa menangguhkan aktivitas nuklir dan rudalnya dengan pertukaran penghentian latihan skala besar AS-ROK (Korea Selatan),” kata Menteri Luar Negeri Wang Yi, di Beijing, Rabu (8/3) waktu setempat.
Kedua pihak disebut Cina sebagai dua kereta api yang melaju semakin kencang menuju satu sama lain, dan tidak ada satu pihak pun yang bersedia memberi jalan,” kata Wang, dalam jumpa pers di sela-sela sidang parlemen tahunan negeri tirai bambu itu.
Apakah kedua pihak siap bertabrakan?
“Prioritas kami saat ini adalah menyalakan lampu merah dan menginjak rem pada kedua kereta,” kata Wang.
Serangkaian peristiwa menyebabkan peningkatan ketegangan di Asia timur laut. Pyongyang memulai menembakkan setidaknya 4 rudal melintasi laut ke arah Jepang pada Senin lalu. Tiga dari empat roket jatuh di perairan dalam Zona Ekonomi Eksklusif Jepang.
Sementara Seoul dan Washington memulai latihan militer gabungan tahunan yang selalu menyulut kegeraman Pyongyang. AS makin memanaskan situasi dengan pernyataan Presiden Donald Trump sudah mulai mengerahkan sistem pertahanan anti-rudal yang diarahkan ke Korea Utara. Cina menganggap aktivitas AS itu sebagai ancaman terhadap kepentingan pertahanan Cina.
Pukguksong-2
Senin lalu, Korea Utara (Democratic Peoples Republic of Korea/DPRK) mengklaim berhasil menguji coba rudal jarak menengah dan jauh Pukguksong-2.
Menurut kantor berita resmi negara itu, KCNA, rudal Pukguksong-2 sebagai “senjata strategis jenis baru gaya Korea”, yang dikembangkan atas instruksi pemimpin Kim Jong Un, dengan dasar keberhasilan yang dicapai dalam uji-tembak rudal balistik kapal selam Agustus lalu.
Media pemerintah itu menyatakan uji tembak dilakukan dengan sudut tinggi dengan pertimbangan keamanan negara tetangga.
Kim puas dengan hasil uji-coba itu.
“Sistem rudal balistik jenis baru tersebut memberi kenyamanan dalam operasi dan menjamin kecepatan dalam penyerangan,” katanya.
Kepala Staf Gabungan Korea Selatan mengatakan DPRK menembakkan satu rudal balistik yang terbang sekitar 500 kilometer ke perairan timurnya pada Minggu pagi. Rudal balistik jarak-sedang yang diduga sebagai Musudan itu ditembakkan sekitar pukul 07.55 waktu setempat (05.00 WIB) di dekat Banghyeon di Provinsi Pyongan Utara di bagian barat-laut DPRK.
Itu adalah uji-coba pertama penembakan rudal balistik DPRK pada 2017 dan juga yang pertama sejak Donald Trump memangku jabatan Presiden Amerika Serikat pada 20 Januari.
Militer Korea Selatan mengatakan uji-coba rudal balistik DPRK adalah tindakan provokatif yang melanggar resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang melarang DPRK melakukan uji-coba teknologi rudal balistik apa pun. [Xinhua/AFP/NOR/DAS]