Koran Sulindo –Dikawal 500 aparat gabungan yang terdiri dari TNI-Polri dan satuan Polisi Pamong Praja, ‘pembersihan’ lahan lokasi pembangunan Bandara New Yogyakarta International Airport menuai perlawanan.

PT Angkasa Pura I terlihat mengerahkan belasan alat berat yang terdiri dari bulldozer dan backhoe di wilayah Sidorejo, Glagah, Kamis (28/6).

Warga berusaha menghalangi proses land clearing yang menggunakan alat berat untuk merobohkan pohon kelapa, dan tanaman-tanaman lain di lahan pertanian.

Kalah jumlah dan terus menerus dihalangi polisi, warga akhirnya hanya bisa menangis melihat tanamannya rusak oleh alat berat.

Warga mempertahankan tanaman miliknya dan menegaskan bahwa tanah miliknya tersebut tidak akan dijual.

Salah seorang warga, Sugiyo penduduk Sidorejo, Glagah, Kulonprogo nekat memanjat  pohon kelapa untuk mencegah petugas menumbangkan pohon miliknya itu.

Sementara, alat berat-alat berat di sekitarnya lalu lalang merobohkan satu persatu pohon kelapa yang ada dan menggusur tanaman palawija lain. Pohon kelapa yang dipanjat Sugiyo tak tersentuh.

“Nek wani ambrukno kuwi. Bandara itu tidak akan ada,” kata Sutrisno, seorang warga lain yang terus menyaksikan penggusuran lahan.

Salah seorang ibu bahkan nekat tetap berada di lahannya dan ogah menjauh dari tanaman cabai miliknya yang akan diratakan. “Ini buat anak saya sekolah. Orang tua saya sudah tua, ini tanaman saya. Salahku opo kok dikepung polisi ngene,” kata Wagirah berteriak.

Ia bahkan nekat nekat menghalangi ekskavator yang akan merobohkan pohon kelapa di pekarangannya dengan duduk di bucket alat berat itu.  “Opo salah tanduranku. Iso leren po ora,” kata dia.

Perlawanan Wagirah terhenti ketika sejumlah polisi wanita membawanya menjauh dari lokasi pembersihan.

Menurut Project Manager Proyek Pembangunan Bandara NYIA, PT Angkasa Pura I, R Sujiastono mengatakan, PT Angkasa Pura I melanjutkan land clearing di Kecamatan Temon yang sebelumnya sempat tertunda dua bulan. “Kita hanya monitoring,” klaimnya.

Sujiastono menyebut pembersihan lahan kali ini dilakukan PT Perusahaan Perumahan (PP) selaku pemenang tender. Perusahaan itu mengerahkan alat berat belasan unit berupa backhoe untuk membersihkan lahan khususnya untuk menumbangkan pohon-pohon besar.

“Belum ada rencana untuk merobohkan bangunan rumah yang masih dihuni warga penolak bandara New Yogyakarta Airport,” kata Sujiastono.

Ia berharap warga yang masih bertahan untuk segera meninggalkan rumahnya karena lokasi rumah mereka sudah tidak nyaman untuk ditempati karena bising dan debu.

Lahan dan rumah yang dihuni itu ganti ruginya sudah disiapkan dan dititip di pengadilan.

“Kami dari PT Angkasa Pura I juga menyiapkan bantuan transportasi bagi warga. Termasuk disiapkan rumah kontrakan bagi warga yang belum memiliki rumah baru,” kata dia.(TGU)