Carmelita: Mantan Pebulutangkis Kelas Dunia yang Prihatin

Koran Sulindo – Prestasi olahraga yang bisa dibanggakan Indonesia di level dunia adalah bulutangkis. Dari tahun 1970-an hingga kini, kita antara lain mengenal nama Rudi Hartono, Liem Swie King, Taufik Hidayat, Verawaty Fajrin, Ivana Lie, hingga Susi Susanti. Untuk pasangan ganda putri, kita mengenal nama Carmelita, yang pernah berpasangan dengan Etty Tantri dan Deyana Lomban.

Mengenal bulutangkis sejak usia 10 tahun, masuk klub Pelita Jaya, kemudian karirnya dilanjutkan di Sekolah Atlet Ragunan, Jakarta, puncaknya masuk Pelatnas, Cipayung, Jakarta, dari tahun 1993 hingga tahun 2001. ”Semua kejuaraan dunia pernah saya ikuti. Mulai Uber, All England, Indonesia Open, Singapore Open, kejuaraan dunia. Saya gagal ikut di Olimpiade Sidney, tahun 2000. Kecewa sekali saya. Tahun 2001, saya memutuskan keluar dari pelatnas,” ujar Carmelita, yang berkunjung ke kantor Koran Suluh Indonesia di Jakarta Selatan, 18 Mei, 2016 lalu.

Sempat berkarir sebagai pebulutangkis profesional dengan bergabung ke satu klub bulutangkis di Swedia, tapi itu hanya bertahan satu tahun. ”Saya tidak begitu nyaman di sana. Udaranya sangat tidak cocok. Saya lebih suka Indonesia,” aku Carmelita, yang kini berprofesi sebagai pengacara, dengan mendirikan The Cilent’s Law Firm, yang berkantor di kawasan Kemayoran, Jakarta Pusat.

Ia akui, mantan pebulutangkis yang menggeluti bidang hukum baru dirinya. Umumnya, yang lain menggeluti dunia bisnis, menjadi pelatih, atau pengurus organisasi bulutangkis. ”Passion saya tidak ke sana, ya. Saya lebih suka dunia seperti sekarang ini, bisnis dan hukum,” tuturnya. Sebelum menerjuni bidang hukum, alumni Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus Jakarta ini bekerja di bidang pemasaran pada beberapa perusahaan ternama.

Bidang pemasaran itu kini dia padukan dengan bidang hukum. ”Saya yang banyak berurusan untuk marketing di kantor hukum saya, sementara suami yang juga mendalami bidang hukum untuk urusan di kantor,” ujar ibu dari dua orang anak ini. Untuk memperluas pergaulan dan banyak mendapat klien, Carmelita antara lain melakukan pendekatan dengan bermain bulutangkis.

Bagaimana ceritanya Carmelita memutuskan untuk mendalami ilmu hukum? Ternyata, awalnya adalah keluhan dari klien ketika dia menjadi pegawai pemasaran di salah satu perusahaan. ”Dia selalu bilang ke saya, akan melaku somasi ke perusahaan tempat saya kerja. Sebentar-sebentar somasi. Dari situ saya mau tahu dan mau belajar ilmu hukum,”  ungkap Carmelita.

Wajahnya yang sedap dipandang dan kerap berpenampilan menarik juga membuat Carmelita pernah tampil menghiasi layar kacar sebagai pemain sinetron dan film televisi. Padahal, ketika itu, ia masih disibukkan di pelatna, akhir tahun 1990-an dan awal tahun 2000-an.”Karena jenuh di pelatnas, saya diajak teman ke lokasi syuting. Saya berkenalan dengan sutradara Emil G Hamp, langsung ditawari main. Waktu itu, sinetronnya berjudul Cinta Berkalang Noda. Saya akting bareng Maudy Kusnaedy dan Ari Wibowo,” kenang Carmelia.

Dia mengaku tak mengambil honornya. “Saya malah sering dimintai raket,” tuturnya. Salah satu FTV yang masih ia ingat berjudul Asmara di Bilik Asrama. Di FTV itu, Carmelita beradu akting dengan Bucek Depp.

Meski ada peluang yang cukup lebar untuk berkarir di dunia akting, Carmelita kurang begitu berminat untuk terjun total.”Saya ingin mencoba aja, apa sih rasanya menjadi artis dan akting. Setelah saya coba, ya, saya lebih pilih berbisnis,” kata Carmelia.

Menyoal kondisi pebulutangkis sekarang ini, Carmelita cukup prihatin dengan prestasi putri pebulutangkis Indonesia. ”Padahal, dari segi fasilitas, pebulutangkis sekarang lebih enak. Dari materi, mereka juga lebih berkecukupan. Zaman saya dulu, kalau dapat sponsor, uangnya ke organisasi dulu, baru ke pemain. Sekarang, atlet bisa langsung dapat sponsor, hasilnya buat pribadi,” ungkap Carmelita, yang mengagumi sosok pelatih bulutangkis Tong Sin Fu.

Bagi Carmelita, dunia olahraga sangat berbeda dengan bidang yang ia jalani sekarang. ”Di vidang olahraga, orang harus berjuang sendiri kalau mau juara, tanpa mengandalkan orang lain. Kalah, ya, kalah, enggak mungkin skornya diubah atau bagaimana. Semuanyakan terlihat dengan jelas. Kalau hukum, ya, kita tergantung pada orang lain untuk menang atau kalahnya. Ada jaksa dan ada hakim. Tapi, saya berupaya mendudukkan hukum yang memberi rasa keadilan bagi masyarakat,” ungkap Carmelita sambil tersenyum. [DPS]