Koran Sulindo – Dari sekitar 600 mantan teroris yang ada di tengah-tengah masyarakat, baru sebanyak 184 mantan teroris yang berhasil dilacak dan diketahui keberadaannya di 17 Propinsi oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
“Sisanya masih kita cari,” kata Deputi I Bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi BNPT, Mayjen TNI Abdul Rahman Kadir, dalam sarasehan ‘Pencegahan Paham Radikal Terorisme dan ISIS Di Kalangan Pegiat Dunia Maya’ di Hotel Alana Yogyakarta, Kamis (2/3).
Pelacakan ini, menurut Abdul Rahman Kadir, dalam upaya mengajak mantan pelaku-pelaku terorisme untuk diberi berbagai pelatihan dan keterampilan positif sehingga bermanfaat bagi dirinya sendiri dan masyarakat. Sebab, tidak semua dari mantan teroris ini kehidupan ekonominya sudah baik. “Kami akan sentuh dari situ, kami bantu carikan pekerjaan. Kami bantu dengan memberi bekal agar bisa hidup mandiri,” katanya.
Upaya ini juga, menurut Abdul Rahman Kadir, untuk mencegah mereka terjebak kembali ke ranah terorisme (deradikalisasi). Diakui tak mudah untuk mengubah paham ideologi yang sudah tertanam dibenak mereka, meski sudah bebas dari tahanan. Di antara mereka masih ada pula yang kembali ke jalan sesat seperti Yayat pelaku bom panci di Bandung beberapa hari lalu. “Yayat lepas April 2015. Sejak di dalam Lapas saja, dia tidak bisa disentuh, tak mau ditemui karena punya hak. Kita ajak, dia tidak mau. Ini yang repot dan seperti ini banyak dari kelompok radikal,” jelas Abdul Rahman Kadir.
Toh menghadapi kendala, namun BNPT tak akan putus asa. Upaya deradikalisasi akan terus dijalankan meski perlu waktu. “Memang tidak semudah mengembalikan telapak tangan. Untuk mengubah tidak gampang, butuh waktu,” ujar Abdul Rahman Kadir lagi.
Pada kesempatan itu Abdul Rahman Kadir juga meminta masyarakat mau sepenuhnya menerima kehadiran mantan teroris ini. Sebab, yang diketahui banyak masyarakat belum sepenuhnya menerima mereka dengan baik. Untuk itulah BNPT berharap kepada masyarakat agar para mantan pelaku terorisme ini tetap diperlakukan adil, tanpa ada perbedaan yang bisa menimbulkan kebencian.
“Sekarang yang kita upayakan bagaimana kehidupan ekonomi mereka membaik dan diterima di masyarakat. Tujuannya untuk mencegah tindakan terorisme di kemudian hari,” tegasnya. [YUK]