Ilustrasi: Blok Mahakam/energitoday.com

Koran Sulindo – Lapangan minyak dan gas Blok Mahakam si Balikpapan Kalimantan Timur, segera beralih kembali ke tangan Indonesia.

PT Pertamina Hulu Mahakam akan menerima serah terima dari Total Indonesie pada pukul 00.00 Wita pada 1 Januari 2018 nanti.

“Menteri ESDM akan datang ke Balikpapan. Ada seremoni kecil pergantian seragam dari Total Indonesia ke seragam PHU,” kata Kepala Satuan Kerja Khusus Minyak dan Gas (SKK Migas) Kalimantan dan Sulawesi Nasvar Nazar di Balikpapan, pekan lalu, seperti dikutip antaranews.com.

Seragam kerja lapangan Total Indonesie yang berwarna merah tua akan dilepas dan digantikan seragam Pertamina dengan warna biru dengan variasi kecil strip merah dan putih.

Hampir seluruh karyawan Total Indonesie secara resmi beralih menjadi karyawan Pertamina pada saat tersebut. Sebanyak 1.885 orang karyawan Total Indonesia atau 98 persen setuju bergabung dengan PHM, perusahaan yang dibuat PT Pertamina (Persero) untuk mengelola Blok Mahakam.

Mereka termasuk jajaran manajemen puncak seperi vice president hingga general manager sebanyak 8 orang, manajemen menengah seperti manajer sebanyak 53 orang, dan staf sebanyak 1.824 orang.

Dengan karyawan PHM yang berasal dari Pertamina, seluruhnya perusahaan ini kini berawak 1.919 orang.

“Sekitar 1 persen lainnya pensiun atau ingin mandiri, dan ekspatriat yang mungkin pindah ke unit usaha Total yang lain,” kata Nazar.

Bernilai Rp 122 Triliun

Sementara itu Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menetapkan aset Blok Mahakam per 31 Desember 2017 sebesar Rp 122 triliun (US$ 9,43 miliar).

Nilai aset ini meningkat lebih dari 100% dibandingkan dengan perhitungan pada Januari 2016 yang hanya sekitar Rp 47 triliun (US$ 3,45 miliar). Penghitungan lama tersebut dilakukan IHS dan Petropro yang menghitung aset di permukaan (surface) Blok Mahakam.

Estimasi nilai aset Blok Mahakam per 31 Desember 2017 dihitung berdasarkan harta benda modal, inventaris, dan material persediaan.

“Perhitungan sebesar US$ 9,43 miliar itu tidak menggunakan lembaga perhitungan aset. Tetapi memakai perhitungan internal SKK Migas dengan melakukan cek fisik Blok Mahakam,” kata Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Wisnu Prabawa Taher, pekan lalu, seperti dikutip kontan.co.id.

Lepas Saham 39 Persen

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengizinkan PT Pertamina (Persero) untuk melepas saham di Blok Mahakam maksimal 39 persen kepada Total E&P Indonesie dan Inpex Corporation.

Izin tersebut dalam bentuk surat sebagai pengganti dari surat Menteri ESDM sebelumnya Sudirman Said yang memperbolehkan Pertamina melepas saham di Blok Mahakam maksimal 30 persen.

“Sudah ada suratnya. Boleh lebih dari 39 persen sudah ditanda tangan oleh Pak Menteri,” kata Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar, seperti dikutip kontan.co.id

Sejauh ini Total E&P Indonesie dan Inpex Corporation yang merupakan kontraktor existing di Blok Mahakam memang yang paling berminat untuk bisa melanjutkan kontraknya di sana. Namun Total meminta saham sebesar 39 persen.

Kontrak pengelolaan Blok Mahakam Total dan Inpex akan berakhir pada 31 Desember 2017. Pasca berakhirnya kontrak Total, pemerintah telah menunjuk Pertamina untuk mengelola blok yang memiliki produksi gas terbesar di Indonesia saat ini.

Tanpa masuknya Total dan Inpex, Pertamina akan menguasai 90 persen hak partisipasi. Sisanya, 10 persen diperuntukkan bagi pemerintah daerah melalui Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).

“Daerah belum sepakat, yang 10 persen itu masih membahas pembagian Pemkab dengan Pemprov,” kata Archandra.

Latar Belakang

Lapangan migas Blok Mahakam di Provinsi Kalimantan Timur ditemukan Total pada pertengahan tahun 1960-an.

Kontrak dengan Pemerintah Indonesia kemudian ditandatangani 6 Oktober 1966, setelah keadaan politik mulai stabil di masa awal kekuasaan Presiden Soeharto yang mulai mengundang modal asing turut mengolah kekayaan alam Indonesia.

Kontrak pertama ini berdurasi 30 tahun, dari 31 Maret 1967 sampai 30 Maret 1997, yang kebetulan hampir sepanjang masa Soeharto berkuasa.

Lima tahun sebelum kontrak pertama berakhir, disepakati untuk perpanjangan kontrak sistem bagi hasil selama 20 tahun berikutnya hingga 30 Maret 2017, dan pada tahun 1996 dimundurkan hingga akhir tahun 2017.

Selama beroperasi, Total Indonesie yang separo sahamnya juga dimiliki Inpex (Jepang) sudah mengeluarkan dari perut bumi sekitar 19,7 triliun kaki kubik gas dan 1,1 triliun barel minyak, dimulai dari Lapangan Bekapai yang awal berproduksi 1974.

Produksi migas dari Blok Mahakam itu juga menyumbang terbesar migas dari Kalimantan Timur, yang bersama kontraktor kerja sama bagi hasil lainnya seperti Chevron, Vico, Mubadala, Eni, memberikan hingga 24 persen jumlah keseluruhan produksi migas Indonesia dan 13 persen minyak.

Dalam setahun, Total Indonesie menyetor dana bagi hasil sekitar 5 juta dolar AS. [DAS]