Koran Sulindo – Tidak ada yang lebih menyedihkan daripada pembohong jahat yang suka melecehkan sambil meneror setiap orang-orang yang mengatakan kebenaran.

Potret itulah yang kini menjadi gambaran paling tepat mewakili media barat. Mereka makin takut kehilangan kendali atas pikiran warga dunia sementara menjadi makin agresif mengunyah propaganda sekaligus membodohi dirinya sendiri.

Media Barat bahkan tak lagi malu-malu menunjukkan niat aslinya sebagai kaki tangan mewakili kepentingan negara.

Niat asli itu jelas dan tunggal, menghancurkan semua lawan-lawannya baik itu Rusia, Cina, Iran atau siapapun yang menolak versi Barat. Mereka bahkan tak segan-segan membungkam sesama media jika itu tak berbicara tentang kebenaran sesuai narasi London, Washington, Paris atau Berlin.

Dana jutaan dolar dikucurkan untuk membangun propaganda bohong ‘melawan’ suara orang-orang Rusia, Cina, Arab, Iran dan Amerika Latin.

Selain tahu bagaimana cara membantai jutaan orang, Barat juga tahu betul bagaimana memanipulasi pikiran massa. Media mainstream yang didukung pemerintahnya tahu bagaimana berbohong tanpa malu sekaligus menimbun kebohongan di atas kebohongan lain.

Kebohongan tentang Komunisme, Rusia, Cina, Iran, Venezuela, Kuba, Korea Utara, Suriah, Yugoslavia, Rwanda, Afrika Selatan, hingga pengungsi Libya. Itu bahkan mencakup kebohongan masa lalu, sekarang dan masa depan.

Warga dunia tak sedikitpun ada yang tertawa ketika bagaimana Prancis berkotbah soal demokrasi, kebebasan dan hak asasi manusia. Di Libya mereka menuntut agar Moammar Gaddafi mundur sementara sebelumnya diam-diam menerima jutaan dolar sekaligus merampok aset-aset Libya di Eropa.

Ketika Gaddafi menolak mundur, Prancis, AS, Inggris dan sekutu-sekutunya mengirim jet tempur dan membunuhnya.

Dua dekade sebelumnya, atas nama senjata kimia dan pemusnah massal Barat mengirim tentara untuk menyerbu Irak, menumbangkan sekaligus menggantung Saddam Hussein. Apakah senjata pemusnah massal itu ditemukan? Tidak, bahkan sampai saat ini.

Kita tentu masih ingat bagaimana media seperti CNN, New York Times, Washington Post dan media-media Barat lainnya penuh histeria mendukung serangan ke Irak itu.  Meski Irak tak terbukti memiliki senjata kimia, tak sepatah kata maaf dimintakan. Sementara itu Irak segera tenggelam dalam perang sipil yang keji dan mematikan.

Kebohongan itulah yang kini terus diulang-ulang Barat dan media-medianya di Suriah.

Banyak orang di Timur Tengah, Afrika, Asia dan Amerika Latin mulai menyadari bahwa mereka dibodohi, ditipu dan dibohongi. Apa yang mereka sebut sebagai ‘pendidikan’ dan ‘informasi’ tak lain hanyalah agenda indoktrinasi yang tidak tahu malu.

Jutaan orang yang bertahun-tahun menonton atau membaca saluran seperti BBC, DW, CNN, Voice of America, Radio Free Europe/Radio Liberty terus menerus dicekoki narasi seragam yang identik berasal dari Washington, London hingga Paris.

Doktrinasi yang dikemas sebagai ‘informasi’ itu difabrikasi oleh media lokal seluruh dunia dengan bahkan dengan sukarela ‘membayarnya’. Tentu saja, fabrikasi yang tercetak pada miliaran pikiran warga dunia itu memuat pandangan miring tentang Uni Soviet, Komunisme, Cina dan hal-hal buruk lain tentang musuh-musuh Barat.

Tentu saja banyak media-media anti-imperialis seperti  New Eastern Outlook, RT dan Sputnik di Rusia atau China Daily di Cina, TeleSur di Venezuela, Al-Mayadeen di Libanon atau Press TV di Iran yang dengan gigih melakukan counter dan berdiri di garda terdepan dari banyak perubahan dan harapan positif munculnya ‘media baru’.

Ini membuat MSM di Barat makin gelap mata dan bersemangat untuk menghancurkan, dan membunuh sekaligus menghentikan gelombang ‘optimisme berbahaya’ ini.

Barat yang dengan jumawa mengklaim sebagai kampiumnya demokrasi mungkin bertanggung jawab pada hancurnya jutaan kehidupan di seluruh dunia namun lolos tanpa sanksi apapun. Sementara negara-negara seperti Rusia, Iran, Cina, Kuba, DPRK atau Venezuela harus ‘menghadapi konsekuensi’ berupa embargo, sanksi, propaganda, hingga intimidasi langsung yang mempengaruhi kehidupan rakyat.

Rusia di bawah Yeltsin, runtuh, dijarah oleh korporasi-korporasi Barat, diludahi, di muka, oleh pemerintah Eropa dan Amerika Utara dan berharap negeri Be ruang Merah itu turun kasta hingga ke tingkat sub-Sahara Afrika.

China selamat dari penderitaan yang tak terbayangkan setelah melampaui “periode penghinaan”, dengan dijarah dan dibagi oleh penjajah Perancis, Inggris dan Amerika Serikat. Sementara di Iran mereka merampok rakyat melalui boneka rezim boneka, Shah. Di Amerika latin hampir semua pemimpin sosialis dan komunis yang dipilih rakyat digulingkan, dibunuh secara langsung, atau setidaknya dimanipulasi oleh Washington dan antek-anteknya.

DPRK yang selamat dari genosida kejam dalam Perang Korea sampai saat ini dimiskinkan oleh sanksi yang mencekik. Sementara Vietnam, Laos dihina Prancis lalu dibom hingga kembali ke jaman batu oleh AS dan sekutunya.

Sekarang dan saat ini, Barat yang didukung medianya menuduh Damaskus menggunakan senjata kimia terhadap pemberontak. Mereka mengacam akan menggelar intervensi militer sama persis dengan kejadian di Irak dan Libya. Tanpa bukti apapun.(TGU)