Koran Sulindo – Saluran TV 24 Rusia merilis sebuah wawancara eksklusif dengan seorang anak laki-laki yang berpatisipasi pada pembuatan video palsu serangan senjata kimia di Suriah.

Dalam wawancara itu, Hassan Diab –bocah laki-laki itu- mengatakan dia dan ibunya mendengar suara keras di jalan.

Ledakan itulah yang kemudian mamaksa orang-orang masuk ke rumah sakit.

“Kami sedang berada di ruang bawah tanah, Ibu mengatakan kepada bahwa hari ini kita tidak punya apa-apa untuk dimakan dan mungkin kita besok tidak makan,” kata Hassan Diab.

“Lalu kami mendengar teriakan di luar yang menyerukan agar semua pergi ke rumah sakit. Kami berlari ke rumah sakit dan segera setelah saya masuk, mereka menangkap saya dan mulai menuangkan air pada saya,” kata Hassan Diab.

Ketika masuk ke dalam rumah sakit itu, orang-orang tak dikenal menangkapnya dan langsung menuangkan air di tubuhnya serta membopong dan menempatkannya bersama pasien-pasien lain.

Melanjutkan cerita anaknya, ayah Hassan Diab menyebut ia tengah bekerja ketika mendengar putranya dirawat di rumah sakit. Ia segera bergegas ke sana dan menemukan keluarganya dalam dalam keadaan sehat.

“Tidak ada senjata kimia. Saya merokok di luar dan tidak merasakan apa-apa. Saya memasuki rumah sakit dan melihat keluarga saya. Militan memberi mereka kurma, kue dan beras untuk berpartisipasi dalam film ini dan membebaskan semua orang ke rumah mereka,” kata ayah Hassan.

TV 24 juga menyiarkan wawancara dengan seorang dokter yang berada di rumah sakit ketika White Helmets memfilmkan video palsu itu. Dokter itu menyebut tidak ada pasien datang dengan tanda-tanda cedera akibat senjata kimia.

Lebih banyak pasien datang karena gangguan pernapasan yang disebabkan oleh asap dan debu dari pemboman. Semua dokter sibuk merawat mereka dan tidak punya waktu untuk bereaksi terhadap pembuatan video itu.

Kesaksian serupa juga disampaikan jurnalis veteran asal Inggris, Robert Fisk yang berkunjung ke Douma. Ia menyebut terlepas dari kontroversi tentang serangan senjata kimia itu video-video yang ‘dianggap’ penggambaran korban serangan terbukti asli.

Di Douma, Fisk menemui seorang relawan tulus bernama Dr Assim Rahaibani yang memilih tetap tinggal untuk merawat para korban setelah Jaish al-Islam memilih pergi. Pengakuan Rahaibani itu mengejutkan Robert Fisk.

“Mereka para pasien, tidak terpapar gas tetapi karena kekuarang oksigen akibat tinggal di terowongan dan ruang bawah tanah yang dipenuhi sampah, pada malam angin dan penembakan besar yang memicu badai debu,” kata Rahaibani kepada Fisk.

“Saya bersama keluarga di ruang bawah tanah rumah saya, tiga ratus meter dari sini pada malam hari tetapi semua dokter tahu apa yang terjadi. Ada banyak ledakan bom dan pesawat di atas Douma pada malam hari,” kata Rahaibani kepada Fisk mengingat peristiwa tanggal 7 April itu.

“Tetapi pada malam itu ada angin dan awan debu yang sangat besar masuk ke ruang bawah tanah termasuk gudang di mana orang tinggal. Orang-orang yang tiba di sini menderita hipoksia, atau kehabisan oksigen.”

Di tengah kekalutan itu Rahaibani menjadi saksi ketika seseorang di depan pintu yang dari seragamnya diidentifikasi sebagai White Helmet berteriak keras. “Gas!..Gas!!” Begitulah kepanikan dimulai dan orang-orang mulai menyiram air.

White Helmets sebuah LSM yang didanai barat dan dikenal karena hubungan dekatnya dengan teroris. Kelompok itu merilis sebuah video yang menunjukkan dugaan serangan senjata kimia di Douma, Suriah.  AS, Inggris dan Prancis menggunakan video-video itu sebagai pra-teks untuk melakukan serangan udara ke Suriah.

Pada tanggal 9 April kelompok itu menerbitkan video lain yang menunjukkan bahwa dokter di salah satu rumah sakit di Douma merawat pasien yang menderita serangan kimia oleh rezim Damaskus. Namun, informasi yang kemudian muncul kemudian baik keterangan saksi-saksi menunjukkan bahwa video itu adalah palsu.

Selain itu, segera setelah dugaan serangan senjata kimia itu Moskow mengirim korps kimia untuk menentukan apakah benar ada serangan dan bertindak jika ada korban yang membutuhkan perawatan. Mereka tidak menemukan jejak senjata kimia atau korban di rumah sakit terdekat.(TGU)