Ilustrasi/istimewa

Koran Sulindo – Kepala Divisi Humas (Kadivhumas) Mabes Polri Irjen Pol Boy Rafli Amar mengatakan tim Cyber Crime Bareskrim Polri masih melakukan penelusuran tingkat akurasi akun yang menyebar berita pekerja dari Cina yang membanjiri Indonesia.

“Dari penyidik Cyber Crime Bareskrim Polri itu sedang berjalan,” kata Boy di Mabes Polri, Jakarta, Rabu (28/12).

Penelusuran fokus pada bukti-bukti hoax atau bohong, berkonotasi provokatif, dan bisa dikategorikan pelanggaran hukum.

“Terutama terkait Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) Pasal 28 ayat (2). Jadi ini bisa jadi perkara hukum,” kata Boy.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo membantah berita jumlah pekerja asal China yang berada di Indonesia.

“Banyak yang bersuara-bersuara Tiongkok yang masuk ke Indonesia 10 juta, 20 puluh juta. Itu yang menghitung kapan. Hitungan kita 21 ribu, sangat kecil sekali,” kata Jokowi dalam sambutannya saat Deklarasi Pemagangan Nasional di KIIC, Karawang, Jawa Barat, pada Jumat (23/12).

Presiden juga menyatakan kecil kemungkinan warga China Hong Kong mau bekerja di Indonesia karena perbedaan jenjang gaji yang begitu besar antara Hong Kong dan Indonesia.

Angka 10 juta adalah turis yang kita harapkan dari Tiongkok untuk bisa masuk ke Indonesia.

“Itu jadi rebutan. Nomor satu sekarang dalam perebutan turis dari Tiongkok itu ialah Amerika karena bisa merebut 150 juta turis Tiongkok. Nomor dua adalah Uni Eropa. Ini urusannya adalah turisme, bukan tenaga kerja,” kata Presiden.

Menurut Presiden jumlah TKI di luar negeri jauh lebih banyak dari TKA di dalam negeri.

“Saya kira tenaga kerja kita yang ada di Malaysia lebih dari 2 juta orang, yang ada di Saudi lebih dari 1 juta orang, yang ada di Hong Kong 153 ribu orang, yang ada di Thailand 200 ribu orang. Negara mereka welcome dan biasa-biasa saja,” kata Presiden.

Jokowi juga tak habis pikir bahwa desas-desus tersebut dapat terus berkembang. Bila ditelisik lebih lanjut, pendapatan yang para tenaga kerja asing dapatkan akan lebih kecil bila sekarang ini bekerja di Indonesia dibanding dengan negara asal atau negara-negara lainnya.

Industri pariwisata nasional saat ini tumbuh cukup baik. Sepanjang Juli 2016 lalu misalnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat rekor tertinggi kunjungan wisatawan sepanjang sejarah pariwisata Indonesia. Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia pada bulan tersebut mencapai 1,03 juta kunjungan.

“Ini merupakan sejarah baru untuk jumlah kunjungan wisatawan mancanegara, merupakan yang tertinggi dan melewati satu juta kunjungan dalam waktu satu bulan,” terang Deputi Bidang Statistik dan Jasa BPS, Sasmito Hadi Wibowo, dalam jumpa pers di Jakarta, pada awal September lalu.

Jumlah tersebut naik 17,68 persen dibandingkan Juli tahun lalu yang hanya berada pada angka 877.584 kunjungan. Bahkan, jika dibandingkan bulan sebelumnya pada Juni lalu, jumlah kunjungan wisatawan asing meningkat sebesar 20,42 persen. [Antara/setkab.go.id/kemnaker.go.id/DAS]