Noken Papua
Noken Papua (foto: hops.id)

Sehari sebelum peresmian membuka perhelatan Pekan Olahraga Nasional (PON) ke XX di Papua pada Sabtu 2 Oktober 2021, Presiden Joko Widodo terlebih dulu menyempatkan diri berbelanja noken,  tas khas Papua yang dibuat dari rajutan kayu. Tas noken yang terbuat dari kayu itu dipilih Presiden sebagai simbol turut memajukan UMKM yang berada di Papua. Noken sendiri dijadikan cinderamata PON XX Papua 2021. 

Noken adalah tas tradisional khas Papua yang terbuat dari serat kayu, batang anggrek, dan daun. Noken dibuat dengan cara dianyam atau dirajut. Bagi masyarakat Papua, noken bukan hanya sebagai tas tradisional untuk membawa barang-barang sehari-hari saja, tetapi, bagi juga memiliki nilai dan filosofi hidup. 

Kerajinan tangan ini cukup rumit pembuatannya dan diwariskan dari generasi ke generasi. Dalam pembuatannya diperlukan keterampilan khusus dan ketekunan, supaya tercipta noken yang tahan lama dan awet. Noken juga diartikan sebagai tas tahan lama dan serbaguna yang dapat digunakan untuk menyimpan dan mengangkut barang-barang. 

Noken Papua dibuat dengan tali yang berasal dari batang, kulit semak atau pohon dengan ditebang. Kemudian bahan-bahan ini dipanaskan di atas api dan direndam dalam air. Sisa dari serat kayu dikeringkan kemudian dipintal menjadi tali yang kuat dan diwarnai dengan pewarna alami.

Noken Papua
Noken Papua (sumber postjakarta.com)

Tali tersebut diikat dengan tangan untuk membuat kantong jari dengan berbagai ukuran dan pola. Namun tidak sedikit pula noken yang terbuat dari bahan serat pohon atau daun yang diproses menjadi benang yang kuat, kemudian diikat atau dianyam menjadi satu.

Tas yang sering menjadi buah tangan ketika wisatawan berkunjung ke Papua ini memiliki filosofi tersendiri. Laa dan Sri S dalam buku Makna Tenun Ikat Bagi Perempuan: Studi Etnografi di Kecamatan Mollo Utara-Timor Tengah Selatan menjelaskan, bagi masyarakat Papua, tenunan noken dapat menggambarkan ketelitian, kesabaran, dan rasa indah pembuatnya.

Noken juga identik dengan perempuan Papua. Anak perempuan Papua sudah harus belajar menenun noken sedari kecil. Di balik tradisi ini terdapat anggapan bahwa seorang perempuan yang mampu membuat noken dengan baik, ia juga akan mampu mengatur rumah tangga dengan baik.

Tidak hanya itu, menurut Arie Januar dalam artikelnya, Fungsi, Makna, dan Eksistensi Noken Sebagai Simbol Identitas Orang Papua, noken juga mengajarkan nilai kejujuran dan pentingnya menghargai kepemilikan seseorang. 

Bentuk noken yang transparan merupakan simbol pengingat masyarakat untuk melakukan aktivitas secara jujur. Noken juga digambarkan sebagai simbol perdamaian antar suku. Dalam proses perdamaian yang dilakukan antarsuku di Papua, noken merupakan salah satu benda yang wajib terdapat di dalamnya. 

Tidak hanya itu, semua suku di Papua juga memiliki kemampuan membuat noken. Hal inilah yang melatarbelakangi bahwa suku Papua memiliki latar kebudayaan yang sama.

Ada sebagian masyarakat Papua yang menganggap, hasil tenunan atau anyaman noken dapat menggambarkan kesabaran, ketelitian, dan rasa indah pembuatnya.

Warisan Budaya Takbenda merupakan berbagai praktik, ekspresi, pengetahuan, keterampilan, serta instrumen, objek, artefak dan ruang-ruang budaya.

Warisan Budaya Takbenda diwariskan secara turun temurun dan secara terus menerus diciptakan kembali oleh masyarakat.

Selain serbaguna, noken juga mengandung filosofi. Noken mengajarkan mengenai nilai kejujuran dan pentingnya menghargai kepemilikan seseorang. Hal tersebut dikarenakan noken berbentuk mirip jaring dan transparan, sehingga isinya dapat terlihat oleh orang lain.

Karenanya, noken dianggap sebagai pengingat supaya masyarakat melakukan kegiatan secara jujur. Begitu juga, noken diartikan menumbuhkan rasa persaudaraan dan kekerabatan dalam satu rumpun, sehingga dapat mewujudkan perdamaian.[Wis]