Gedung Kementerian BUMN

NILAI utang luar negeri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tercatat mengalami penambahan pada November 2022. Menurut rilis Bank Indonesia (BI) pada hari Kamis (19/1), utang BUMN yang berasal dari luar negeri mengalami kenaikan 0,67% yaitu dari Oktober 2022 sebesar US$ 55,03 miliar menjadi US$ 55,41 miliar pada November 2022.

Namun secara tahunan utang luar negeri (ULN) BUMN mengalami penurunan sebesar 3,66% dibandingkan pada periode yang sama tahun 2021 yang mencapai US$ 57,51 miliar.

Pencatatan ULN BUMN dikelompokkan menjadi tiga, diantaranya Bank, Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB), dan ULN perusahaan bukan lembaga keuangan (PBLK).

Secara bulanan, penurunan ULN BUMN terjadi pada kelompok Bank yang mengalami penurunan sebesar 0,23% yaitu dari Oktober 2022 sebesar US$ 8,59 miliar menjadi US$ 8,57 miliar pada November 2022.

Sebaliknya, ULN BUMN LKBB justru mengalami kenaikan 9,50%, yakni dari Oktober 2022 sebesar US$ 2,10 miliar menjadi US$ 2,30 miliar pada November 2022. Sama halnya dengan ULN BUMN PBLK yang juga naik 0,43% dari US$ 44,34 miliar pada Oktober 2022 menjadi US$ 44,53 miliar pada November 2022.

Secara tahunan, pertumbuhan ULN BUMN mengalami penurunan pada semua kelompok. Adapun pada ULN BUMN Bank mengalami penurunan sebesar 13,88% YoY yaitu dari November 2021 sebesar US$ 9,95 miliar menjadi US$ 8,57 miliar pada November 2022.

Sementara itu, ULN LKBB juga mengalami penurunan sebesar 20,60% YoY pada November 2021 sebesar US$ 2,90 miliar menjadi US$ 2,30 miliar pada November 2022.

Begitu juga dengan ULN PBLK yang juga mengalami penurunan sebesar 0,28% YoY dari November 2021 sebesar US$ 44,66 miliar menjadi US$ 44,53 miliar pada November 2022.

Ekonom Yusuf Rendy Manilet menduga, kenaikan secara bulanan ULN BUMN tersebut dipengaruhi oleh nilai tukar rupiah yang sempat mengalami pelemahan yang mengakibatkan pembayaran ULN BUMN bisa menjadi lebih mahal.

“Apalagi kita tahu, bahwa ULN yang dilakukan oleh swasta banyak dilakukan dalam bentuk mata uang dolar Amerika Serikat (AS), sehingga ketika rupiah melemah dan dolar AS menguat, ini tentu akan mempengaruhi nominal dari ULN itu sendiri,” kata Yusuf, Kamis (19/1) sebagaimana dilansir kontan.

Sementara secara tahunan, penurunan ULN BUMN tersebut bisa diakibatkan oleh berbagai macam faktor, salah satunya adalah jatuh tempo dari utang lebih banyak terjadi di tahun lalu jika dibandingkan dengan tahun 2022. [DES]