Koran Sulindo – Arab Saudi mengumumkan langkah ekstrim mempertahankan sumber daya vital dan upaya pelestarian lingkungan dan melarang penggembala asing menggembalakan ternak di wilayahnya.

Larangan itu akan diberlakukan selama lima tahun ke depan.

Meski terlihat ‘mewah’ dengan pernyataannya lingkungan itu, tujuan Saudi sebenarnya adalah mencegah unta-unta dari Qatar. Larangan itu selaras dengan blokade ekonomi Saudi kepada Qatar menyusul permusuhan kedua negara tersebut.

Saudi –yang kemudian diikutu sekutu-sekutunya seperti UEA- melancarkan blokade kepada Qatar sejak Juni taun lalu termasuk dengan menutup satu-satunya perbatasan mereka.

Penutupan perbatasan itu menyebabkan 22.000 unta dan ternak-ternak lainnya secara efektif menjadi sandera Saudi karena pemiliknya di Qatar dilarang memberikan makanan dan minum kepada hewan-hewan itu.

Segera setelah penutupan perbatasan, Saudi juga memerintahkan semua unta dan domba milik warga Qatar harus meninggalkan padang rumput di wilayahnya.

Kala itu pihak berwenang Qatar memperkirakan 15.000 unta dan 10.000 domba sudah melintasi perbatasasan dan pulang ke ‘kampung halamannya’.

Ratusan ternak yang tak beruntung mati di perbatasan setelah gagal mencapai tempat persediaan air atau makanan tepat pada waktunya.

Otoritas di Qatar menyebut 25.000 ekor unta dan domba ‘dideportasi’ melalui Kuwait dalam sebuah proses repatriasi yang mahal.

Selama ini dengan terbatasnya ruang penggembalaan, umumnya pengembala Qatar menyewa padang rumput di Saudi untuk memelihara ternaknya.

Sebelumnya Saudi tak pernah menerapkan pembatasan pada ternak milik warga Qatar untuk merumput di wilayahnya. Langkah terbaru pemerintah itu memicu kemarahan di kalangan para gembala Qatar,

Untuk makin mengisolasi tetangganya itu, Saudi menyatakan minatnya untuk menggali kanal yang memisahkan Qatar dan membuatnya menjadi sebuah negara ‘pulau’.

Jika langkah itu benar-benar diwujudkan, peternakan di Qatar jelas berada dalam bahaya.[TGU]