Koran Sulindo – Anna Mariana berbahagia. Karya tenun dan songket terbarunya yang diberi nama Babe (singkatan dari Bali-Betawi) dipercaya untuk dikenakan oleh 15 pasang Abang dan None Jakarta Selatan dalam acara fashion show di malam Grand Final Pemilihan Abang None Jakarta Selatan 2017. Acara tersebut diselenggarakan di Balai Sarbini, 29 April lalu.
“Selain tenun Babe dikenakan oleh peserta, kami juga membuatkan kostum untuk pembawa acara dan para juri, yang terdiri dari tujuh orang. Empat di antaranya pria, tiga perempuan,” kata Anna.
Ia mengkreasikan tenun dan songket Babe berawal dari ketertarikannya melestarikan budaya Betawi. Sebagai tokoh dan pelopor tenun Nusantara, Anna senang bereksperimen membuat desain yang memuat corak bernapas baru.
“Saya menciptakan desain dengan sentuhan budaya Bali dan Betawi dalam selembar kain tenun,” ujarnya.
Dalam inovasi yang baru saja dirilis itu, Anna membuat suatu akulturasi budaya yang tidak biasa. Secara kebetulan, terciptanya tenun-songket Babe juga atas inisiasi dari Pelaksana Tugas (Plt.) Gubernur DKI Jakarta, Soni Soemarsono.
“Baru-baru ini, Pak Soemarsono datang mengunjungi seniman tenun binaan saya di Bali. Ketika itu, beliau memberi usul untuk membuat ragam desain yang lebih banyak untuk tenun Betawi yang sedang kami kerjakan, seperti perlu memadukan desain Bali dan Betawi dalam satu kain,” tutur Anna.
Soemarsono ketika itu berpesan kepada Anna: karyanya nanti memproyeksikan lintas karya Bali dan Betawi, juga lintas agama, Islam dan Hindu. “Dan desain ini langsung dibuatkan peraturan gubernurnya. Penerbitan peraturan gubernur ini sekaligus menegaskan Betawi merupakan penganut budaya yang sangat terbuka dan Babe langsung saya kerjakan,” kata Anna .
Menurut Anna, budaya Betawi sejak dulu tumbuh dan berkembang dari beragam akulturasi budaya: Melayu, Cina, India, dan Arab. “Ini akan memperkaya khazanah pluralisme Jakarta dan memperkuat NKRI,” ujarnya.
Pada motif tenun-songket Babe yang memadukan dua budaya itu memperlihatkan ikon Betawi, seperti Monas, sirih kuning, ondel-ondel, tanjidor, dan elang bondol. Akan halnya ikon Bali yang muncul berkisar pada tari pendet, barong, dan pura.
Pemilihan Abang-None Jakarta telah dimulai sejak tahun 1968. Tujuannya antara lain melestarikan tradisi budaya Betawi. Pemilihan ini dilaksanakan setiap tahun untuk memperingati Hari Ulang Tahun Kota Jakarta. Pada tahap penyisihan, di setiap wilayah di Jakarta digelar perhelatan ini. Pemenang di setiap wilayah kemudian akan diusung ke tingkat provinsi. Para pemenangnya akan ditugaskan selama satu tahun untuk menjadi duta pariwisata dan kebudayaan. [DPS]