FILM terbaru besutan sutradara James Cameron, Avatar : The Way of Water sedang merajai film bioskop saat ini, bukan cuma di Indonesia tapi di seluruh dunia. Sekuel kedua ini muncul setelah Avatar I di tahun 2009.
Diluncurkan pada 16 Desember 2022. Dan pada Kamis, 29 Desember 2022, Avatar: The Way of Water telah meraup sekitar $1,28 miliar total di box office seluruh dunia, termasuk $104,5 juta yang dilaporkan dari Tiongkok.
Perlu dicatat bahwa The Way of Water adalah film ke-6 dalam sejarah yang menghasilkan $ 1.000.000 dalam waktu 14 hari.
Avatar : The Way of Water
Untuk menciptakan sosok Metkayina ini, sutradara Avatar James Cameron mengambil inspirasi dari banyak sumber. Dikutip dari National Geographic Minggu (18/12/2022) Cameron banyak melakukan penelitian terkait budaya suku-suku yang hidup dekat dengan laut.
“Kami melihat budaya Polinesia, yaitu budaya perdagangan kano. Kami memutuskan untuk tidak membuat kano selain beberapa kano yang digunakan secara lokal,” katanya.
James Cameron mengungkapkan inspirasi dalam menyerap Metkayina (salah satu klan laut dalam film Avatar: The Way of Water) adalah didapat dari salah satu suku di Indonesia.
Melalui wawancara dengan National Geographic, James Cameron membagikan kisahnya. “Metkayina adalah budaya lokal asli. Mereka menyimpang dari hutan daratan Na’vi (dari film pertama) mungkin puluhan ribu tahun yang lalu dan secara fisik beradaptasi dengan lautan,” kata James Cameron.
“Untuk mengambil budaya asli di planet ini dan mendeskripsikannya melalui Pandora, kami banyak melakukan penelitian terhadap budaya yang berhubungan dengan lautan,” ucapnya lagi. “Ada suku di Indonesia yang tinggal di rumah panggung, hidup di atas rakit dan lain-lain. Kami mencari yang seperti itu,” jelasnya.
James Cameron juga berusaha menyamakan dunia Pandora dengan lautan yang ada di dunia nyata. Mulai dari pulau hingga terumbu karang. Semua ini ada hubungannya dengan ketertarikan Cameron pada dunia lautan.
“Bukan rahasia lagi bahwa saya adalah seorang penjelajah laut sekarang. Saya memiliki hubungan romantis dengan laut sepanjang hidup saya,” kata James Cameron.
Metkayina tinggal di desa Awa’atlu yang terletak di tepi pantai. Tempat tinggal mereka berupa rumah panggung yang dibangun di antara akar-akar pohon laut.
Cameron juga menjelaskan bahwa inspirasi Metkayina lainnya datang dari Indonesia. Misalnya suku Bajau atau Bajo atau Sama yang tinggal di rumah panggung.
“Ada orang Indonesia (Sama-Bajau) yang tinggal di rumah panggung dan tinggal di atas rakit. Kami melihat hal-hal seperti itu,” katanya.
Suku Bajo
Masyarakat Suku Bajo dikenal handal dalam menjelajah lautan. Mereka mahir berenang bahkan menyelam tanpa alat. Suku Bajo bahkan disebut mampu bertahan menyelam hingga 13 menit di kedalaman 60 meter.
Berdasarkan jurnal penelitian Cell mendeteksi adanya mutasi DNA pada limpa orang Bajo. Ketika seseorang menyelam dan menahan napas, akan ada reaksi. Detak jantung melambat, pembuluh darah menyempit dan limpa berkontraksi. Kontraksi limpa berfungsi untuk menghemat energi saat seseorang kekurangan oksigen. Berdasarkan jurnal tersebut, limpa orang Bajo cenderung lebih besar, sehingga cukup kuat berada di dalam air dalam jangka waktu lama.
Suku Bajo terkenal dengan ciri khasnya yang nomaden dan memiliki karakteristik kemaritiman cukup kental sehingga suku ini biasa dikenal dengan “sea gypsy“.
Di Indonesia sendiri suku Bajo dapat ditemukan di perairan Kalimantan Timur (Berau, Bontang), Kalimantan Selatan (Kota Baru), Sulawesi Selatan (Selayar), Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur (Pulau Boleng , Seraya, Longos , Komodo), Sapeken, Sumenep, dan wilayah Indonesia timur lainnya.
Saat ini banyak dari Suku Bajo yang sudah menetap walaupun tetap membangun rumah di atas laut, namun kemudian dibuatkan jalan khusus dari daratan ke permukiman mereka. [S21]