Bajamba adalah tradisi makan yang dilakukan oleh masyarakat Minangkabau dengan cara duduk bersama-sama. Tradisi ini umumnya dilangsungkan pada hari-hari besar agama Islam dan dalam berbagai upacara adat, pesta adat, dan pertemuan penting lainnya. Secara harfiah makan bajamba mengandung makna yang sangat dalam, dimana tradisi makan bersama ini akan memunculkan rasa kebersamaan tanpa melihat perbedaan status sosial.
Bajamba umum dilangsungkan dalam suatu ruangan atau tempat yang telah ditentukan, dan diikuti oleh lebih dari puluhan hingga ribuan orang yang kemudian dibagi dalam beberapa kelompok. Makan bajamba biasanya dibuka dengan berbagai kesenian Minang, kemudian diawali dengan pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an, hingga acara berbalas pantun.
Khusus di Sawahlunto, makan bajamba menjadi menarik. Karena sebagai bekas kota tambang yang mempunyai sejarah panjang mengenai migran, penduduk Sawahlunto terbangun berdasarkan multi etnis yang berdampak pada budaya yang beragam. Ketika merayakan hari besar ulang tahun kota, makna makan bajamba yang digelar melibatkan lintas etnis. Tampak warga etnis Tionghoa, Batak, Jawa, Minang, Bugis dan Sunda duduk berdampingan menikmati makanan yang beragam.
Jenis makanan yang dibawa ke dalam acara pun berdasarkan etnis masing-masing. Misal suku Minangkabau membawa gulai dan rendang. Sementara etnis Jawa menyiapkan tumpeng, jajan pasar, ingkung (ayam yang diolah dengan santan dan bumbu khas). Etnis Sunda menghidangkan nasi timbel, sambal terasi, lalapan, dan sebagainya.
Kebersamaan itulah yang terus dipertahankan dalam semua aspek kehidupan masyarakat Sawahlunto, termasuk dalam acara makan bajamba yang sejatinya adalah tradisi masyarakat Minangkabau. Namun kita ketahui bersama bahwa masyarakat yang tinggal di Sawahlunto adalah masyarakat yang terdiri dari berbagai etnis, karenanya tidak mungkin untuk mengangkat hanya salah satu etnis saja.
Demikianlah dengan begitu semua warga yang hadir dalam acara makan bajamba di Sawahlunto sangat menikmati kebersamaan yang telah terbangun sejak ratusan tahun yang lalu itu. Bajamba di Sawahlunto telah menjadi tradisi yang menyatukan keberagaman.[*]