Koran Sulindo – Rusia memperingati hari kemenangan mengalahkan tentara Nazi yang dipimpin Adolf Hitler pada 9 Mei lalu. Pada saat bersamaan Komisi penyelidikan kejahatan perang PBB mengeluarkan arsip Perang Dunia II yang menyelidiki Holocaust yang dilakukan Nazi. Tak disangka, Amerika Serikat (AS) dan Inggris justru memprotesnya. Mengapa?
Rupanya arsip itu menunjukkan kolusi negara AS, Inggris dan Jerman Nazi. Tujuan akhir dari ketiga negara tersebut bukanlah Holocaust, melainkan mengalahkan Uni Soviet.
Bukti arsip itu menunjukkan adanya kesamaan antara Perang Dunia II dengan apa yang dilakukan AS bersama Uni Eropa dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) yang bekerja sama dengan ISIS serta Neo-Nazi Ukraina untuk menghancurkan Rusia hari ini. Tidak banyak hal yang berubah: mereka (AS dan sekutu) tetap sama.
Laporan The Duran pada awal Mei ini menyebutkan, nampaknya Rusia akan menjadi musuh “abadi” dunia Barat. Perang “abadi” terhadap Rusia berdasarkan arsip-arsip Holocaust Nazi yang bersejarah itu dibahas dalam diskusi bertajuk The Deep History of US, Britain’s Never-Ending Cold War On Russia yang dimuat dalam jurnal online strategis-culture.org.
Setelah menunda sekian lama, PBB pada akhirnya merilis arsip komisi penyelidikan kejahatan perang pada masa Perang Dunia II yang menyelidiki Holocaust. Arsip tersebut selain menunjukkan kejahatan perang Nazi, juga menggambarkan keterlibatan pemerintah Barat dengan organisasi ultra-nasionalis itu seperti di Belgia, Polandia dan Cekoslowakia pada periode 1943 hingga 1949. Entah mengapa pada waktu itu AS dan Inggris tidak membebaskan para tawanan Nazi.
Lalu, entah mengapa pula media-media arus utama Barat seperti “membisu” dan tidak menyoroti publikasi arsip penting itu pada bulan lalu. Aneh. Mungkin karena dokumen tersebut menceritakan tentang kisah Perang Dunia II yang tidak pernah diceritakan kepada publik yaitu kolusi terencana antara pemerintah AS, Inggris dan Jerman Nazi.
Arsip-arsip yang dipublikasikan itu memperjelas bahwa pasukan Sekutu Barat mengetahui banyak hal tentang kamp konsentrasi Nazi sebelum Perang Dunia II berakhir. Ini berarti tidak hanya sekadar bahwa Sekutu Barat tahu kejahatan Nazi, tapi dapat disimpulkan sebagai kolusi. “Mungkin ini juga menjelaskan mengapa Washington dan London enggan membuka berkas kejahatan perang pada Perang Dunia II dibuka ke masyarakat,” tulis The Duran.
Sejak lama memang banyak pertanyaan kepada AS dan Inggris mengapa pasukan kedua negara itu tidak menyerang pos-pos inti pasukan Nazi. Dengan demikian, tidak akan banyak korban Holocaust Nazi. Salah satu jawaban atas pertanyaan itu barangkali Barat dan sekutunya bersikap acuh tidak acuh terhadap korban Nazi.
Perusahaan-perusahaan AS disebut banyak yang anti-Yahudi sehingga wajar ketika pemerintah kedua negara – AS dan Inggris – menolak ribuan pengungsi Yahudi Eropa selama Perang Dunia II. Justru mereka pada dasarnya mengirim para pengungsi itu menuju kematian di bawah Nazi Jerman.
Berdasarkan fakta itu, ketika Nazi Jerman menyerang Uni Soviet dari Juni 1941 hingga akhir 1944, tidak heran AS dan Inggris enggan membantu Negeri Beruang Merah itu. Barat bersama sekutunya enggan membuka kekuatan militer Front Barat. Mereka jelas merasa puas melihat mesin perang Nazi menyerang Uni Soviet. [KRG]