Serigala mungkin telah berevolusi menjadi anjing karena alasan ini. (Sumber: Pexels)

Sebuah penelitian baru memprediksi bahwa serigala di zaman purba menjinakkan diri sendiri dengan memilih hidup berdampingan bersama manusia agar memperoleh makanan secara konsisten.

Hal itu diungkapkan dalam sebuah jurnal ilmiah yang ditulis oleh seorang matematikawan dan ahli statistik di Universitas James Madison di Virginia bernama Alex Capaldi.

Penelitian yang dia dan timnya lakukan juga menunjukkan bahwa melalui seleksi alam, domestikasi memungkinkan sejumlah serigala yang jinak berevolusi menjadi anjing.

Hipotesis

Bukti arkeologis dan genetik menunjukkan bahwa anjing (Canis familiaris) merupakan keturunan serigala abu-abu (Canis lupus) yang telah dijinakkan sekitar 30.000 dan 15.000 tahun yang lalu.

Kedua periode tersebut berasal dari tekanan seleksi buatan yang serupa. Seleksi buatan ini mungkin mencakup pengurangan agresi, pemusnahan oleh manusia purba, pengadopsian anak serigala, atau seleksi diri.

Awalnya, hipotesis pengadopsian anak serigala dianggap lebih masuk akal. Anak-anak serigala diperkenalkan dengan manusia, dan mereka yang gagal bersosialisasi kemungkinan besar dimusnahkan.

Sementara itu, serigala yang dapat bersosialisasi dengan baik dan bersikap jinak dibesarkan hingga mencapai kematangan seksual. Keturunan mereka lalu dibesarkan dengan cara yang sama. Serigala jinak ini lantas menjadi terisolasi secara reproduksi dari serigala yang agresif dan tidak mampu bersosialisasi. Generasi jinak yang baru akhirnya berevolusi menjadi anjing.

Akan tetapi, hipotesis pengadopsian anak serigala memiliki beberapa kekurangan, seperti sedikitnya bukti arkeologis yang menunjukkan pemeliharaan hewan selama periode waktu 30.000 dan 15.000 tahun yang lalu.

Hipotesis seleksi diri memberikan perspektif lain. Hipotesis ini mengatakan bahwa serigala di zaman purba menjinakkan diri sendiri melalui tekanan seleksi alam. Caranya adalah dengan mengais makanan dari pemukiman manusia. Metode ini memungkinkan mereka mendapatkan sumber makanan yang relatif mudah dan konsisten dibandingkan di alam liar.

Dengan mendapatkan makanan dari manusia, serigala-serigala purba ini membutuhkan lebih sedikit adrenalin dan menjadi kurang agresif atau khawatir. Pada saat yang sama, ini meningkatkan toleransi dan preferensi untuk hidup dekat dengan manusia.

Serigala-serigala ini kemudian menjelajahi lingkungan yang ditempati manusia purba. Dari kelompok ini, muncul anjing-anjing primitif pertama.

Hasil Penelitian

Tim yang dipimpin oleh Alex Capaldi mensimulasikan domestikasi serigala melalui seleksi alam menggunakan model berbasis agen (ABM). Model ini mempertimbangkan individu dengan sifat unik, bukan tingkat populasi.

Model ini menunjukkan bahwa dalam periode 15.000 tahun, seleksi alam berpotensi mendorong serigala untuk menjinakkan diri sendiri. Namun agar hal ini terjadi, serigala harus memilih tinggal di dekat manusia agar mendapat sisa makanan dan harus memilih pasangan dengan sifat toleransi yang sama.

Jika preferensi kawin ini ada di antara populasi serigala purba, ini menyiratkan bahwa toleransi terhadap manusia dapat menjadi ‘sifat ajaib’ yang membantu mereka melalui seleksi ekologis dan kawin non-acak. [BP]