Ahmad Basarah: Akhiri Adu Domba Islam dan Nasionalis!

Ahmad Basarah/DPP PDIP

Koran Sulindo – Wakil Ketua MPR Ahmad Basarah mengaku prihatin dengan kondisi situasi nasional akhir-akhir ini yang ingin membenturkan Islam dengan nasionalis.

Menurut Basarah, kesalahpahaman dan adu domba tersebut harus segera diakhiri.

Penegasan itu disampaikan Ahmad Basarah saat menerima
Pengurus Pusat Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (PP KAMMI) di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (23/7).

Diungkapkan Basarah, upaya adu domba amat ampuh untuk memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa.

Sebagai contoh, Belanda bisa dengan lama menjajah Indonesia yang dahulu bernama Nusantara, karena menjalankan praktik politik adu domba.

Secara spesifik Basarah menjelaskan, kesan yang muncul saat ini adalah seakan-akan kelompok nasionalis sangat anti agama. Sebaliknya kelompok agama khususnya kelompok Islam dipersepikan tidak nasionalis.

Bagi Basarah, dikotomi tersebut dinilai rancu dan jelas-jelas ahistoris. “Saat ini saya melihat ada upaya reproduksi politik adu domba,” ujar Wakil Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan itu.

Ia menyayangkan, tudingan yang menyebut Bung Karno sebagai seorang nasionalis sekuler sangat tidak tepat. Padahal faktanya, Bung Karno adalah pribadi yang religius.

Bung Karno, sambung Basarah belajar Islam dengan sungguh-sungguh selama 26 tahun.

“Jadi konstruksi awal pemikiran Bung Karno adalah Islam. Bung Karno itu santrinya H.O.S Tjokroaminoto. Bung Karno itu santrinya Kiai Haji Ahmad Dahlan. Ini artinya Bung Karno sosok religius,” terang Basarah.

Basarah juga menyoroti peran alim ulama dalam menjaga keutuhan dan mempertahankan kemerdekaan bangsa.

Salah satu bukti nyata tersebut adalah para ulama atau kelompok religius yang tergabung dalam Panitia 9 menyetujui permintaan Bung Hatta agar menghilangkan 7 kata yaitu “Dengan Kewajiban Menjalankan Syariat Islam Bagi Pemeluknya” menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”.

“Nah, di sini amat jelas. Bahwa kaum agamis itu sangat cinta kepada tanah airnya. Karena itu dikotomi antara Islam dan Nasionalis sudah tidak tepat. Adanya kesalahpahaman ini harus segera diakhiri,” kata Basarah lagi. [CHA]