Koran Sulindo – PDI Perjuangan meyakini lewat tangan para artis yang berkualitaslah, Indonesia yang berkepribadian di bidang budaya, sebagai salah satu cita-cita Trisakti Bung Karno, bisa diwujudkan.
Kaderisasi PDI Perjuangan, termasuk kepada para bacaleg artis, dilakukan untuk membangun watak kesadaran akan kebudayaan Indonesia.
“Jalan kaderisasi akan membuka kesadaran bahwa kita menghormati dan mengekspresikan rasa cinta tanah air,” kata Sekjen PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, dalam Pembekalan Bacaleg Artis Nusantara, di kantor DPP PDI Perjuangan, Jakarta, Senin (30/7/2018).
Selain berbicara tentang kaderisasi, Hasto juga membahas bumbu-bumbu nusantara yang menjadi salah satu kekayaan budaya Indonesia. Kekayaan cita rasa nusantara ini pernah dibukukan Presiden Soekarno pada 1967 dengan judul “Mustika Rasa”.
“Tidak ada negara di manapun sekaya kita dalam hal aneka cita rasa bumbu-bumbu. Bung Karno mengatakan, makanan Indonesia ini bercitarasa surga,” katanya.
Kekayaan cita rasa nusantara inilah yang kemudian disajikan lewat makanan-makanan dalam Konferensi Asia Afrika di Bandung pada 1955.
“Ada soto, bajigur, ubi kayu. Itu menu utama kita. Sekarang kita meninggalkan itu. Jadi nanti kalau kampanye, buatlah apotek hidup. Kita minum jamu, tauco, tempe, tahu, buntil, oncom,” kata Hasto yang disambut riuh para artis.
Menurut Hasto, ada pesan ideologis di balik upaya Bung Karno mempopulerkan bumbu nusantara tersebut.
“Dari lidah dan perut rakyat Indonesia tidak boleh terjajah oleh makanan impor. Bung Karno, itu kesukaannya sayur lodeh. Nah ini kita populerkan kembali,” kata Hasto kembali disambut riuh tepuk tangan.
Baca juga: Lodeh Istana Cipanas: Rasa yang tak Pernah Berubah sejak Presiden Soekarno
Dalam pemilu legislatif 2019, PDI Perjuangan mendaftarkan 13 artis sebagai bakal caleg untuk DPR RI ke KPU. Mereka adalah Rano Karno, Junico Siahaan, Kris Dayanti, Chica Koeswoyo, Sari Yok Koeswoyo, Iis Sugianto, Harvey Malaiholo, Katon Bagaskara, Jeffry Waworuntu, Ian Kasela, Angel Karamoy, Lita Zen, dan Kirana Larasati.
Kepada para bacaleg artis, Hasto bercerita sejarah kaderisasi PDIP yang baru bisa dilakukan seusai Reformasi 1998. Sebelumnya selama 32 tahun rezim Orde Baru memecah belah partai ini.
“Maka ketika Ibu Mega bergabung dengan PDI tahun 1986, dan 1987 ikut pemilu lalu terpilih sebagai anggota DPR. Beliau ke daerah-daerah dan berjuang agar ‘tenggorokan rakyat’ yang selama ini tersumbat, bisa bersuara kembali,” kata Hasto yang disambut tepuk tangan para hadirin.
Pembekalan selanjutnya dilakukan untuk kelompok purnawirawan TNI dan POLRI; ilmuwan dan akademisi; dan kelompok tokoh-tokoh agama. Dan setelah seluruh persyaratan terpenuhi selanjutnya akan diadakan sekolah Partai. [CHA/DAS]