Rektor ISI Dr Agus Burhan sedang pidato di hadapan peserta aksi tolak HTI/YUK

Koran Sulindo –  Sekitar 100 mahasiswa dan alumni Institut Seni Indonesia (ISI) Yogya melakukan aksi menolak dan menuntut HTI segera dibubarkan, Senin (22/5).

Aksi Budaya Nusantara Waspada (Abunawas) ini juga mengeluarkan petisi yakni pecat atau diminta mengundurkan diri bagi dosen, karyawan dan mahasiswa ISI yang menjadi anggota atau simpatisan HTI, hidupkan dan fasilitasi kegiatan mahasiswa yang sesuai dengan visi kebangsaan Pancasila, dan tetapkan HTI sebagai organisasi terlarang di Indonesia.

“HTI di dalam ISI sendiri sudah dalam tahap memprihatinkan. Kami sebagai alumni prihatin. Kami berharap agar Rektor ISI tegas membersihkan segala aktivitas dan oknum yang terlibat penyebaran ideologi anti Pancasila di lingkungan kampus,” kata koordinator aksi, Yoyok Suryo.

Aksi ini merupakan lanjutan tahun lalu ketika  pihaknya menuntut HTI tak beraktivitas di dalam kampus.

“Kampus ini menjunjung tinggi budaya. HTI tidak memberikan kontribusi sama sekali bagi kegiatan akademik kampus dan bagi negara. Tapi kenyataannya, ada civitas akademika di ISI yang ikut organisasi HTI,” kata Muhammad Alwi.

Hal sama juga disuarakan Kuss Indarto. Kuss yang selama ini juga dikenal sebàgai kurator dalam pameran lukisan menegaskan bahwa HTI berkeinginan untuk mengubah dasar negara. Karena itu HTI tak layak hidup di Indonesia. Kuss juga sempat menceritakan di kampungnya pernah kesusupan HTI lewat PAUD.

“Anak-anak ini telah diajarkan sikap intoleran. Karena itu mereka kami usir,” ujar Kuss.

Sementara itu Rektor ISI Dr. Agus Burhan di hadapan peserta aksi menegaskan ISI mendukung sikap pemerintah yang membubarkan HTI.

“ISI Yogyakarta mendukung keputusan Pemerintah membubarkan HTI yang bertindak di luar koridor hukum dan sistem kenegaraan Indonesia,” tuturnya.

Menurut Agus, ISI juga telah mengeluarkan SK larangan orpol dan ormas, termasuk Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), berkegiatan dan menyebarkan paham pemikirannya di kampus ISI Yogya.

“SK ini dikeluarkan untuk merespon masalah sosial dan politik di Indonesia yang saat ini muncul egosentrisme, dan saling klaim kebenaran masing-masing kelompok. Hal ini jelas mengancam keutuhan NKRI,” kata Rektor ISI.

Sementara itu Esti Wijayanti, anggota DPR RI di Komisi X yang memantau jalannya aksi mendukung sepenuhnya langkah pemerintah membubarkan HTI. Persoalannya, menurut Esti, apakah seluruh mahasiswa dan seluruh dosen yang terlibat HTI dipecat begitu saja?

“Tentu perlu dicari mekanisme untuk menyadarkan mereka,” kata Esti. [YUK]