Ilustrasi

IlustrasiKoran Sulindo – Peminat bayi tabung di Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Setidaknya sebanyak 4.500 pasangan yang mengikuti program bayi tabung pada 2015. Jumlah tersebut meningkat pada  2016 menjadi 5.500 pasangan.

“Jumlah tersebut diperkirakan  akan terus naik di masa mendatang,” ujar Business Unit Manager DIPA Healthcare, Laksmi Wingit Ciptaning, Kamis (22/12) saat mengisi kuliah tamu di Fakultas Biologi UGM.

Banyaknya peminat pasangan suami-isteri yang menginginkan anak lewat program bayi tabung, menurut Laksmi, akibat adanya gangguan kesuburan atau infertilitas. “Sekitar 11 persen dari 150 juta pasangan usia subur di Indonesia mengalami infertilitas,” katanya.

Penyebab infertilitas bisa berasal dari pihak wanita, laki-laki, maupun faktor lain seperti gaya hidup.

Teknologi bayi tabung atau in-vitro fertilisation (IVF) menjadi solusi bagi pasangan yang sulit mendapatkan keturunan karena masalah kesuburan. “Bahkan tingkat keberhasilan program bayi tabung saat ini mencapai angka 35 persen. Artinya dari 100 pasangan infertil sebanyak 35  diantarnya berhasil hamil. Dulu keberhasilan program bayi tabung tergolong kecil hanya sekitar 10 persen,” ungkap alumnus Fakultas Biologi UGM ini.

Menurut Laksmi, peluang keberhasilan bayi tabung saat ini semakin meningkat dengan hadirnya teknologi terbaru yaitu Pre-Implantation Genetic Screening (PGS). Dengan teknologi ini proses seleksi embrio yang normal dapat berlangsung lebih akurat. Tidak hanya itu, PGS juga mampu mendeteksi ada tidaknya kelainan kromosom pada embrio.

Ditambahkan, berhasilan bayi tabung ini juga dipengaruhi faktor usia. Peluang keberhasilan bayi tabung akan berkurang seiring pertambahan usia.

Dituturkan prosentase keberhasilan bayi tabung akan lebih tinggi apabila dilakukan wanita yang berusia kurang dari 35 tahun. Sedangkan pada wanita berusia diatas 40 tahun peluang keberhasilan bayi tabung lebih kecil. Hal tersebut dapat terjadi karena kesuburan wanita akan menurun seiring bertambahnya umur hingga memasuki masa menopause di usia 40-45 tahun.

“Berbeda pada pria,  tingkat kesuburan tidak dibatasi oleh usia. Sperma akan terus diproduksi setiap harinya,” kata Laksmi. [YUK]