Koran Sulindo – Tangis keluarga bocah di bawah lima tahun itu pecah pada dini hari tadi. Ia – bayi Intan Olivia, 2,5 tahun – korban ledakan bom molotov di Gereja Sengkotek, Samarinda, Kalimantan Timur dinyatakan meninggal setelah mendapat perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah AW Syahranie.
Humas RSUD AW Syahranie Febian Satrio mengatakan, luka bakar pada sekujur tubuh Intan cukup parah. Ia pun tak mampu bertahan dan akhirnya menyerah. Sementara korban lainnya berinisial TH, empat tahun masih menjalani perawatan intensif.
“Semua korban yang dilarikan ke sini mengalami luka bakar, satu korban meninggal dan satu lagi masih menjalani perawatan,” kata Febian Satrio seperti dikutip kaltim.tribunnews.com pada Senin (14/11).
Intan dan TH merupakan korban yang mengalami luka bakar yang paling serius. Itu sebabnya, kedua orang ini mesti dirujuk ke RSUD AW Syahranie untuk mendapatkan perawatan lebih serius.
Sementara korban lainnya AA dan AK juga mesti dirawat di RSUD Inche Abdoel Moeis. Luka bakar keduanya hanya sekitar 17 persen. Semua korban ini mengalami luka bakar di bagian wajah.
Awalnya, para bocah ini terlihat bermain di depan teras gereja bersama sejumlah anak. Para orang tua masih mengikuti kebaktian di dalam gereja. Sekitar pukul 10 pagi, terdengar ledakan nyaring sebanyak tiga kali.
Semua orang kaget. Panik. Para orang tua yang berada di dalam gereja berhamburan keluar untuk menyelamatkan diri. Sebagian lari mencari tempat perlindungan. Sebagian lagi sibuk mencari anak-anak yang tadinya bermain di teras gereja.
Ketika ledakan pertama terjadi, terlihat bola api dan asap hitam mengepul di pintu gereja. Bahkan karena tiupan angin, asap hitam itu masuk ke dalam gereja. Karena itu pula para jemaat berhamburan menyelamatkan diri.
Sebelumnya, warga dan jemaat sama sekali tak mengira peristiwa demikian akan terjadi. Apalagi tidak ada tanda-tanda keanehan. Aman sehingga jemaat bisa melaksanakan ibadah seperti pekan-pekan sebelumnya.
Akan tetapi, ada seorang pria yang tidak dikenal datang membawa tas ransel. Ia kemudian membakar dan melemparkan tas ranselnya itu. Meledak dan mengenai empat sepeda motor yang diparkir di depan gereja.
Warga sempat mengejar dan menahan pelaku yang awalnya hanya dikenal dengan nama Johanda, 32 tahun. Polisi lalu memeriksanya dan memastikan tersangka merupakan narapidana teroris.
Kepala Kepolisian RI Tito Karnavian menuturkan, pihaknya telah memeriksa Johanda. Pemuda ini pernah dihukum selama 42 bulan penjara karena keterlibatannya dalam komplotan teroris pada 2012.
Ketika itu Johanda bersama rekannya berniat meledakkan Pusat Riset Sains dan Teknologi Serpong, Banten dan Gereja Christ Cathedral di Gading Serpong. Pada Juli 2014, Johanda bebas. Untuk kasus ini, Tito memastikan polisi akan menyelidiki peristiwa ledakan Samarinda ini. Pihaknya akan menindak jaringan Johanda.
Sementara itu, Intan, korban yang meninggal karena ledakan bom molotov itu akan dibawa ke rumah duka di jalan Cipto Mangunkusumo, yang tidka jauh dari Gereja Sengkotek. [KRG]