Tomás de Torquemada. (Wikipedia)

Di antara lembaran kelam sejarah Eropa abad pertengahan, nama Tomás de Torquemada berdiri sebagai sosok yang tak terlupakan. Sebagai Inkuisitor Agung pertama Spanyol, ia menjelma menjadi simbol ketakutan, kefanatikan, dan intoleransi berbalut doktrin keagamaan. Namun di balik ketegasannya yang kejam, terdapat perjalanan hidup kompleks dari seorang pria yang dilahirkan di tengah identitas ganda yaitu warisan Yahudi dan semangat Katolik yang membara. Mari kita telusuri lebih dalam tentang perjalanan hidup Tomás de Torquemada yang dikutip dari berbagai sumber.

Tomás de Torquemada lahir sekitar tahun 1420, di sebuah desa kecil yang kemudian memberinya nama keluarga Torquemada atau di Valladolid, pusat politik Kerajaan Kastilia. Ia berasal dari keluarga converso, yakni keturunan Yahudi yang memeluk Katolik. Keberadaan darah Yahudi dalam dirinya bukan sekadar desas-desus, tetapi juga tercatat dalam tulisan sejarawan Hernando del Pulgar, yang juga seorang converso.

Pamannya, Juan de Torquemada, adalah seorang teolog dan kardinal terkenal yang juga memiliki darah Yahudi dari pihak nenek moyang. Namun, latar belakang ini tidak menjadi penghalang bagi Tomás muda untuk memilih jalur kehidupan religius yang ketat. Ia bergabung dengan Ordo Dominikan dan menetap di Biara Santa Cruz, Segovia, sebagai biarawan yang dikenal sangat ortodoks dan taat.

Ketaatannya membuka jalan bagi kedekatannya dengan kalangan istana. Ia menjadi penasihat spiritual bagi Putri Isabella dari Kastilia, sosok yang kelak menjadi Ratu Isabella I, tokoh penting dalam penyatuan Spanyol. Hubungan ini tidak hanya memberi Torquemada pengaruh besar di kalangan istana, tetapi juga memungkinkan ia terlibat langsung dalam upaya menyatukan kekuasaan antara Kastilia dan Aragon lewat pernikahan Isabella dan Ferdinand.

Puncak pengaruhnya datang pada tahun 1478, ketika Paus Sixtus IV, atas rekomendasi kerajaan, mengangkatnya sebagai Inkuisitor Agung pertama. Posisi ini memberinya kuasa luar biasa untuk memimpin Inkuisisi Spanyol—lembaga gerejawi yang dibentuk untuk menegakkan kemurnian iman Katolik dan memberantas bida’ah, khususnya dari kalangan converso yang dicurigai menjalankan agama lama secara sembunyi-sembunyi.

Kekejaman Atas Nama Iman

Sebagai pemimpin Inkuisisi, Torquemada tidak mengenal kompromi. Ia meyakini bahwa kebenaran iman harus ditegakkan dengan mutlak, bahkan jika harus menimbulkan penderitaan. Berbagai metode penyiksaan digunakan untuk menggali pengakuan dari para tersangka, mulai dari pengurungan panjang, pemaksaan fisik, hingga teknik penyiksaan yang dikenal sebagai penyembuhan air (waterboarding).

Upacara auto-da-fé, sebuah penghukuman publik atas mereka yang dinyatakan sesat, menjadi tontonan menakutkan yang menyatukan elemen agama, hukum, dan teror. Ribuan orang dituduh, ditahan, dan dieksekusi. Meskipun catatan resmi menyebut angka sekitar 2.000 orang yang dieksekusi selama masa jabatannya, beberapa sejarawan meyakini jumlah sebenarnya bisa jauh lebih besar.

Puncak kebijakan fanatiknya tercermin dalam dukungannya terhadap Dekret Alhambra tahun 1492, yang memerintahkan pengusiran besar-besaran terhadap komunitas Yahudi dari Spanyol. Sekitar 40.000 orang diusir dari tanah kelahirannya, dan mereka yang memilih tinggal dipaksa menerima baptisan atau menghadapi penyiksaan dan kematian.

Akhir Hidup

Torquemada wafat pada 16 September 1498 di Ávila, meninggalkan warisan penuh darah dan kontroversi. Meskipun tubuhnya terkubur, namanya terus hidup dalam berbagai catatan sejarah sebagai personifikasi dari intoleransi agama. Inkuisisi Spanyol memang berlanjut setelah kematiannya, namun periode kekuasaannya dianggap sebagai yang paling brutal.

Dalam narasi sejarah modern, Tomás de Torquemada kerap digambarkan bukan hanya sebagai pejabat gereja, melainkan sebagai simbol kekejaman yang dilandaskan pada fanatisme. Ia adalah potret dari bagaimana agama, ketika dipadukan dengan kekuasaan dan ketakutan, dapat berubah menjadi alat penindasan yang mematikan.

Kisah Torquemada mengingatkan kita bahwa sejarah tidak hanya dibangun oleh pahlawan dan penemu, tetapi juga oleh mereka yang memilih jalan keras demi mewujudkan pandangan mereka tentang kebenaran. Ia adalah produk dari zamannya, namun juga penggerak utama dari luka yang masih terasa dalam sejarah umat manusia.

Namanya kini menjadi peringatan akan bahaya absolutisme, intoleransi, dan kekuasaan yang berjalan tanpa empati. Torquemada bukan hanya bagian dari sejarah Spanyol, tetapi bagian dari pelajaran global tentang pentingnya menjaga kemanusiaan di tengah keyakinan.[UN]