Ilustrasi Brunei Darusallam. (Foto: Getty Images/iStockphoto/jikgoe)

Setiap bangsa memiliki momen bersejarah yang menjadi tonggak berdirinya negara mereka. Bagi Brunei Darussalam, tanggal 23 Februari menjadi hari yang sangat berarti, karena menandai berakhirnya kekuasaan kolonial dan dimulainya era kemerdekaan penuh.

Sebagai salah satu negara yang mempertahankan sistem monarki di Asia Tenggara, Brunei memiliki perjalanan sejarah yang unik, dari kejayaan Kesultanan hingga perjuangan meraih kedaulatan. Lalu, bagaimana perjalanan Brunei menuju kemerdekaan? Apa yang membuat Hari Nasional ini begitu penting bagi rakyatnya? Mari kita telusuri lebih dalam.

Sejarah Kemerdekaan Brunei

Melansir laman National Today, setiap tanggal 23 Februari, Brunei Darussalam merayakan Hari Nasional sebagai peringatan atas kemerdekaannya dari Inggris. Hari bersejarah ini menandai saat ketika Brunei resmi menjadi negara merdeka pada tahun 1984, setelah sebelumnya berada di bawah kendali Inggris selama hampir satu abad.

Meskipun Proklamasi Kemerdekaan Brunei dibacakan pada tanggal 1 Januari 1984 oleh Sultan Hassanal Bolkiah, Inggris masih memegang kendali atas beberapa aspek pemerintahan hingga 23 Februari tahun yang sama. Oleh karena itu, tanggal 23 Februari ditetapkan sebagai Hari Nasional, menandai berakhirnya pengaruh Inggris secara penuh dan dimulainya pemerintahan independen di bawah Kesultanan Brunei.

Sebelumnya, pada malam pergantian tahun 31 Desember 1983, rakyat Brunei berkumpul di berbagai masjid untuk berdoa dan bersiap menyambut momen bersejarah. Ketika jam menunjukkan tengah malam pada 1 Januari 1984, Sultan Hassanal Bolkiah secara resmi membacakan proklamasi kemerdekaan, yang menegaskan Brunei sebagai negara berdaulat.

Brunei dalam Lintasan Sejarah

Brunei memiliki sejarah panjang yang dapat ditelusuri hingga abad ke-7 ketika masih menjadi bagian dari Kekaisaran Sriwijaya. Pada masa itu, Brunei adalah kerajaan yang kaya dan mayoritas penduduknya menganut agama Hindu. Namun, pada abad ke-15, para penguasanya mulai memeluk agama Islam, yang kemudian menjadi agama utama hingga saat ini.

Kemunduran Brunei dimulai sejak abad ke-17, ketika kekaisarannya mengalami penyusutan wilayah dan pengaruh. Pada abad ke-19, Inggris mulai terlibat dalam urusan Brunei, terutama dalam konflik perebutan kekuasaan di dalam kesultanan. Pada tahun 1888, Brunei secara resmi menjadi protektorat Inggris, yang berarti Inggris mengendalikan urusan luar negeri Brunei sementara Sultan tetap berkuasa secara internal. Selama Perang Dunia II, Brunei sempat diduduki oleh Jepang, tetapi akhirnya direbut kembali oleh Inggris setelah perang berakhir.

Jalan Menuju Kemerdekaan

Setelah Perang Dunia II, rakyat Brunei mulai menginginkan pemerintahan yang lebih mandiri. Meskipun Inggris tetap berkuasa atas urusan luar negeri, keamanan, dan pertahanan, upaya menuju kemerdekaan terus berlanjut. Sebuah konstitusi ditulis sebagai langkah awal untuk mencapai pemerintahan yang lebih independen. Namun, upaya ini tidak selalu berjalan mulus, karena sempat terjadi pemberontakan terhadap Kesultanan yang akhirnya ditumpas oleh Inggris.

Pada akhirnya, perjuangan rakyat Brunei membuahkan hasil. Dengan pemulihan kekuasaan Sultan secara penuh dan berakhirnya kendali Inggris, Brunei resmi merdeka pada 23 Februari 1984. Sejak saat itu, tanggal ini diperingati sebagai Hari Nasional Brunei.

Hari Nasional Brunei dirayakan dengan penuh semangat oleh seluruh rakyatnya. Upacara resmi diadakan di ibu kota, Bandar Seri Begawan, yang dihadiri oleh Sultan, keluarga kerajaan, pejabat pemerintah, serta masyarakat umum. Perayaan ini biasanya mencakup parade militer, pertunjukan seni budaya, dan berbagai kegiatan yang menampilkan identitas serta sejarah Brunei.

Selain itu, Hari Nasional juga menjadi momen refleksi bagi rakyat Brunei untuk menghargai kemerdekaan yang telah diperjuangkan serta memperkuat komitmen dalam menjaga kedaulatan dan keutuhan negara.

Sebagai negara monarki yang menerapkan Syariah dan hukum umum Inggris, Brunei terus berkembang sebagai negara kaya di Asia Tenggara. Dengan mempertahankan identitas budaya dan sejarahnya, Brunei tetap teguh dalam prinsip-prinsip yang telah diwariskan oleh para pendahulunya.

Hari Nasional Brunei lebih dari sekadar hari libur; ia adalah simbol perjuangan, identitas, dan kedaulatan negara. Dengan sejarah panjang yang melibatkan berbagai tantangan, Brunei telah membuktikan kemampuannya dalam mempertahankan kedaulatan dan melestarikan budaya serta tradisi yang kaya. Perayaan ini menjadi pengingat akan perjalanan bangsa dan tekad rakyat Brunei untuk terus maju sebagai negara yang mandiri dan berdaulat. [UN]