Di berbagai belahan dunia, festival budaya sering kali memiliki makna yang mendalam dan unik. Salah satu festival yang cukup menarik dan memiliki tradisi kuat dalam budaya Tionghoa adalah Hungry Ghost Festival atau Festival Hantu Lapar. Perayaan ini berlangsung pada bulan ketujuh dalam kalender lunar dan dirayakan oleh komunitas Tionghoa di Taiwan, Hong Kong, Singapura, Malaysia, Cina daratan, serta wilayah lain dengan populasi diaspora Tionghoa yang signifikan.
Menurut kepercayaan tradisional Tionghoa, Bulan Hantu menandai saat gerbang neraka terbuka, memungkinkan roh-roh gelisah berkeliaran di dunia manusia. Festival ini bertujuan untuk menghormati dan menenangkan jiwa-jiwa yang telah meninggal agar mereka tidak mengganggu kehidupan orang yang masih hidup.
Ritual dalam festival ini mencerminkan rasa hormat kepada leluhur dan arwah yang mungkin tidak memiliki keluarga yang masih hidup untuk merawat mereka. Selain itu, festival ini juga dianggap sebagai momen refleksi dan kesempatan untuk berbuat amal bagi roh-roh yang membutuhkan.
Hungry Ghost Festival dirayakan selama satu hari penuh di Bulan Hantu dan diisi dengan berbagai ritual yang dirancang untuk menghormati dan memuaskan roh-roh yang berkeliaran. Selain ritual, ada pula beberapa pantangan yang harus dihindari selama perayaan ini.
Beberapa ritual utama yang dilakukan selama festival ini meliputi penyediaan makanan dan persembahan yang sering disiapkan hingga tiga kali sehari dan ditempatkan di altar sebagai bentuk penghormatan kepada roh-roh kelaparan. Beberapa keluarga juga membuat altar sementara dengan foto leluhur mereka, membakar dupa, dan mempersembahkan hidangan makan malam yang lezat.
Salah satu ritual yang paling umum adalah membakar uang kertas yang terbuat dari kertas joss di luar rumah, tempat usaha, jalan, ladang, atau kuil sebagai bentuk persembahan bagi arwah yang sedang berkeliaran. Masyarakat juga menyelenggarakan pertunjukan opera dan wayang yang menceritakan kisah Buddha Mulian. Kisah ini menggambarkan penyelamatan heroik seorang ibu dari neraka, yang dijadikan teladan dalam kesalehan berbakti.
Ada beberapa pantangan yang dipercaya dapat menarik perhatian roh kelaparan, sehingga harus dihindari. Beberapa di antaranya adalah tidak keluar rumah larut malam karena diyakini bahwa roh-roh gelisah lebih aktif pada malam hari dan dapat mengganggu orang yang masih hidup.
Selain itu, makanan dan uang kertas yang telah disiapkan sebagai persembahan tidak boleh disentuh atau diambil oleh sembarang orang, karena bisa dianggap sebagai perampasan dari roh-roh yang berhak menerimanya.
Aktivitas air seperti berenang atau bermain air selama bulan hantu sering dihindari karena dipercaya roh-roh jahat dapat menarik seseorang ke dalam air. Menggelar acara penting seperti pernikahan, operasi medis, pembelian rumah baru, atau pembukaan bisnis baru sering dihindari selama Bulan Hantu karena dianggap membawa kesialan. Dalam pertunjukan wayang dan opera, barisan depan sering dibiarkan kosong karena diyakini diperuntukkan bagi para roh halus.
Hungry Ghost Festival bukan hanya sekadar perayaan, tetapi juga menjadi pengingat akan pentingnya hubungan antara dunia manusia dan dunia arwah. Dengan menghormati roh-roh yang telah meninggal, masyarakat berharap dapat menjaga keseimbangan antara dua dunia serta mendapatkan perlindungan dan berkah.
Festival ini juga mengajarkan nilai-nilai kesalehan, penghormatan terhadap leluhur, dan kebajikan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi masyarakat yang merayakannya, ini adalah momen refleksi dan kesempatan untuk menunjukkan kebaikan hati kepada jiwa-jiwa yang membutuhkan. Dengan beragam ritual yang penuh makna serta kepercayaan yang kuat, Hungry Ghost Festival tetap menjadi salah satu perayaan budaya yang unik dan berpengaruh dalam tradisi Tionghoa hingga saat ini. [UN]