Julius Herman Boeke (biografischportaal.nl)
Julius Herman Boeke (biografischportaal.nl)

Perkembangan ekonomi di Hindia Belanda menghadapi tantangan besar pada masanya, tantangan tersebut muncul dari perbedaan fundamental antara struktur ekonomi tradisional masyarakat bumiputra dan sistem kapitalis yang diperkenalkan oleh kolonial.

Bagaimana dua sistem ini berinteraksi dan apa dampaknya terhadap masyarakat lokal menjadi pertanyaan penting yang coba dijawab oleh Julius Herman Boeke, seorang ekonom yang mendedikasikan hidupnya untuk mengkaji dualisme ekonomi di wilayah ini.

Pemikirannya yang visioner menggabungkan pengamatan mendalam terhadap realitas sosial masyarakat desa dengan analisis tajam tentang pengaruh sistem kapitalis.

Artikel ini mengupas perjalanan hidup dan gagasan Julius Herman Boeke, yang hingga kini tetap relevan dalam memahami dinamika pembangunan ekonomi dan sosial di negara-negara berkembang.

Latar Belakang dan Pendidikan

Dilansir dari laman kemdikbud, Julius Herman Boeke (1884–1956) adalah seorang ekonom dan ilmuwan sosial terkemuka di Hindia Belanda yang memberikan kontribusi besar dalam analisis ekonomi dan sosial masyarakat Indonesia pada masa kolonial.

Lahir di Wormerveer, Belanda, pada 15 November 1884, Boeke dikenal melalui karya dan gagasannya yang membahas dualitas sistem ekonomi di kawasan Timur Jauh, khususnya Indonesia.

Boeke menempuh pendidikan dasar dan menengah di Barlaeus Gymnasium sebelum melanjutkan studinya di Fakultas Sastra Gemeentelijke Universiteit, Belanda, pada 1903-1906.

Ia meraih gelar magister dalam bidang ilmu politik pada 1909 dan gelar doktor di Leiden Universiteit pada 1910 di bawah bimbingan ahli hukum kolonial, Cornelis van Vollenhoven.

Setelah menyelesaikan pendidikannya, Boeke memulai kariernya di Hindia Belanda sebagai pegawai Sekretariat Jenderal sebelum menjadi guru di Gymnasium Willem III Batavia.

Kontribusi pada Sistem Kredit dan Koperasi

Pada 1914, Boeke diangkat menjadi penasihat sementara untuk sistem kredit nasional. Lima tahun kemudian, ia menjadi penasihat pemerintah dalam Sistem Kredit Rakyat dan koperasi, sebuah upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat bumiputra melalui penguatan lembaga keuangan berbasis komunitas.

Namun, penerapan sistem ini menghadapi kendala besar. Model koperasi yang diperkenalkan terlalu terpengaruh oleh konsep barat yang individualistis, bertentangan dengan sifat masyarakat bumiputra yang berakar pada adat istiadat dan moral kolektif. Ketidaksesuaian ini menyebabkan kegagalan awal sistem tersebut.

Sebagai respons, pemerintah membentuk Komisi Koperasi pada tahun 1920 dengan Boeke sebagai ketuanya. Di bawah kepemimpinannya, koperasi di Indonesia dirancang dengan status hukum lokal, berbeda dengan status hukum Eropa.

Pendekatan ini menghapus konsep unifikasi dalam regulasi koperasi pada 1925, menciptakan dualitas operasi hukum antara Indonesia dan Barat.

Boeke percaya bahwa pembangunan ekonomi Indonesia tidak dapat mengandalkan koperasi semata. Ia mengusulkan pembentukan inti individu tangguh yang memiliki kapasitas untuk memperbaiki diri sendiri.

Pendekatan ini, menurutnya, lebih efektif dibandingkan usaha besar yang sering gagal dalam meningkatkan kehidupan seluruh masyarakat secara seragam. Konsep ini kemudian diterapkan dalam berbagai dinas pemerintahan kolonial dan memengaruhi program-program Perhimpunan Indonesia.

Teori Dualisme Ekonomi

Salah satu kontribusi terbesar Boeke adalah teorinya tentang dualisme ekonomi, yang ia paparkan dalam bukunya The Interest of the Voiceless Far East: Introduction to Oriental Economics (1948), yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Prakapitalisme Asia pada 1983. Ia membagi ekonomi Hindia Belanda menjadi dua model:

1. Ekonomi Desa Subsisten: Sistem ini bersifat tertutup, mengutamakan swasembada, dan jarang menghasilkan surplus. Kehidupan masyarakat desa lebih sosial daripada ekonomi, dengan pertanian skala kecil dan padat karya.

2. Ekonomi Perkebunan Kapitalis: Sistem ini bersifat terbuka dan ditopang oleh jaringan transportasi, perbankan, ekonomi uang, dan pasar. Ekonomi ini mencerminkan struktur kapitalis yang didominasi oleh pemilik modal.

Menurut Boeke, desa adalah masyarakat alami yang anggotanya terbatas pada pemilik tanah. Sebagai masyarakat sosial, desa cenderung berorientasi pada masa lalu dan sangat bergantung pada sistem ekonomi kapitalis untuk kebutuhan yang tidak dapat mereka hasilkan sendiri.

Pemikiran Boeke tentang dualisme ekonomi menjadi landasan penting untuk memahami interaksi antara sistem ekonomi tradisional dan modern di Indonesia. Analisisnya tentang ketergantungan ekonomi desa pada ekonomi kapitalis menggarisbawahi tantangan pembangunan di negara-negara dengan struktur sosial dan ekonomi yang kompleks.

Melalui teori-teori dan konsepnya, Julius Herman Boeke tidak hanya memberikan pandangan mendalam tentang realitas ekonomi Hindia Belanda tetapi juga menawarkan pelajaran berharga tentang pentingnya menghormati konteks sosial dan budaya dalam merancang kebijakan pembangunan. [UN]