Sulindomedia – Menteri Ekonomi Hungaria, Mihaly Varga, menilai hubungan diplomatik negaranya dengan Indonesia sangat potensial dalam memberikan manfaat bagi pembangunan ekonomi kedua negara. “Pemerintah Hungaria memberi perhatian khusus kepada Indonesia,” ujar Mihaly Varga saat memberikan kuliah umum di ruang Balai Senat Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Selasa (2/2/2016).
Pemerintah Hungaria, lanjut Mihaly Varga, akan terus meningkatkan kerja sama perdagangan. Diutarakan Varga, total volume perdagangan Hungaria-Indonesia pada tahun 2015 mencapai US$ 139 juta. “Kerja sama ini akan terus kami tingkatkan dengan melibatkan banyak pengusaha,” tuturnya.
Mihaly Varga mengharapkan kerja sama dengan Indonesia bisa dilakukan di berbagai bidang, seperti bidang inovasi teknologi, industri kreatif, teknologi informasi dan komunikasi, farmasi, teknologi pangan, serta pendidikan dan pelatihan. “Sehingga bisa bersama-sama membangun industri yang kuat dan kompetitif dalam era global ini,” katanya lagi.
Dalam kuliah umum itu, Mihaly Varga menceritakan pengalaman Hungaria saat menghadapi krisis ekonomi pada tahun 2008. Dalam mengatasi krisis tersebut, pemerintah Hungaria berutang ke berbagai lembaga, seperti IMF, Uni Eropa, dan World Bank. Bahkan, suku bunga perbankan di Hungaria saat itu mencapai 73%.
Menurut Mihaly Varga, ekonomi Hungaria bisa bangkit dengan menekankan perhatian pada empat unsur utama, antara lain pengurangan persentase pajak dari 30% menjadi 16%, an pada akhirnya sekarang menjadi 15%. Juga banyak membuka lapangan pekerjaan dan berhasil meningkatkan jumlah keluarga sejahtera.
Toh, kata Mihaly Varga, pemerintah Hungaria menghadapi persoalan atas jumlah sumber daya manusia, mengingat banyak penduduk yang memasuki usia tidak produktif. Karena itu, pemerintah Hungaria sedang menginvestasikan sumber daya pada generasi berikutnya dalam bentuk pengurangan pajak untuk orang dewasa yang akan memasuki masa lanjut usia.
Selain itu, Hungaria saat ini fokus dalam hal energi. “Kami sedang mengembangkan teknologi solar, karena harga energi dalam suatu negara menentukan kesejahteraan bangsa. Karena itu, kami mengembangkan sistem untuk mempermudah warga memasuki sektor energi,” katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Rektor UGM Prof Dr Dwikorita Karnawati mengungkapkan, Indonesia tengah menghadapi persoalan di bidang pangan, energi, dan kesehatan. Karena itu, riset yang dilakukan peneliti UGM tidak hanya untuk keperluan publikasi, namun sebisa mungkin bisa dimanfaatkan oleh masyarakat, pemerintah, dan industri.
“UGM menginginkan hasil riset dan pengabdian kepada masyarakat bisa dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat,” ujar Dwikorita. [YUK/PUR]