Cornelis de Houtman (Wikipedia)

Koran Sulindo – Cornelis de Houtman adalah sosok yang memiliki tempat penting dalam sejarah Indonesia, terutama dalam konteks kedatangan bangsa Belanda dan penjajahan di Nusantara.

Dilansir dari Britannica, Cornelis Lahir di Belanda pada tahun 1540, Cornelis bersama saudaranya, Frederik de Houtman, tercatat sebagai penjelajah pertama dari Belanda yang mencapai Hindia Timur, wilayah yang kini kita kenal sebagai Indonesia.

Dalam perjalanan hidupnya, Cornelis memainkan peran penting dalam membuka jalan bagi masuknya Belanda ke kepulauan Nusantara, meskipun kisah hidupnya berakhir tragis di Aceh pada tahun 1599.

Awal Penjelajahan

Pada akhir abad ke-16, wilayah Hindia Timur didominasi oleh monopoli perdagangan Portugis, terutama dalam komoditas rempah-rempah yang sangat dicari di Eropa.

Pada tahun 1595, Cornelis dan Frederik de Houtman dikirim oleh sekelompok pedagang Belanda ke Lisbon untuk mencoba mendapatkan informasi rahasia mengenai rute perdagangan ke Hindia Timur. Namun, usaha mereka gagal, dan keduanya justru dipenjara oleh otoritas Portugis karena dicurigai hendak mencuri rahasia dagang.

Setelah dibebaskan pada tahun 1595, Cornelis kembali ke Amsterdam dan dipilih sebagai pemimpin ekspedisi ke Hindia Timur yang didanai oleh Verre Company. Dengan empat kapal dan panduan navigasi dari Jan Huyghen van Linschoten, yang sebelumnya telah mengunjungi wilayah tersebut, Cornelis memimpin pelayaran menuju Hindia Timur, berangkat pada 2 April 1595.

Kedatangan di Hindia Timur dan Perselisihan dengan Penduduk Lokal

Cornelis de Houtman dan armadanya tiba di pelabuhan Banten pada tahun 1596. Namun, kedatangan mereka tidak disambut baik oleh penduduk lokal. Sikap kasar dan bengis para awak kapal membuat rakyat Banten tidak menyukai mereka.

Hal ini dicatat dalam buku IPS Jilid 5 karya tim New Teaching Resource, yang menjelaskan bahwa sikap arogan Cornelis dan pasukannya menciptakan ketegangan dengan penguasa lokal di Banten.

Meski demikian, Cornelis dan ekspedisinya kembali ke Banten dua tahun kemudian, kali ini dengan pendekatan yang lebih lembut dan ramah. Hubungan dagang pun mulai terjalin, meskipun diwarnai dengan ketidakstabilan karena Belanda masih harus bersaing dengan Portugis yang telah lebih dulu mendominasi wilayah tersebut.

Perjalanan Lanjut dan Kematian di Aceh

Setelah perjalanan awalnya, Cornelis melanjutkan ekspedisi ke berbagai wilayah di Indonesia, termasuk Sumatra dan Bali. Namun, pada tahun 1599, ketika Cornelis dan armadanya tiba di Aceh, terjadi pertempuran sengit dengan pasukan Sultan Aceh.

Dalam pertempuran tersebut, Cornelis tewas pada 11 September 1599, akibat duel dengan Laksamana Malahayati, seorang panglima perang perempuan dari Aceh yang legendaris.

Kematian Cornelis dicatat dalam karya sejarawan Prancis, Denys Lombard, berjudul Kerajaan Aceh, Zaman Sultan Iskandar Muda: 1607-1636. Meskipun Cornelis tewas, saudaranya Frederik ditangkap dan dipenjara oleh Sultan Aceh, di mana ia mempelajari bahasa Melayu sebelum akhirnya dibebaskan dan kembali ke Belanda pada tahun 1602.

Ekspedisi Cornelis de Houtman membuka jalan bagi masuknya bangsa Belanda ke Indonesia. Dalam beberapa tahun setelah kematiannya, Belanda mulai mengintensifkan aktivitas perdagangan mereka di Nusantara.

Antara tahun 1596 hingga 1601, kapal-kapal dagang Belanda dari berbagai perusahaan berlayar ke Hindia Timur untuk membeli rempah-rempah, yang saat itu menjadi komoditas paling berharga di Eropa.

Namun, persaingan antara berbagai perusahaan dagang Belanda yang semakin sengit menyebabkan terjadinya penurunan harga rempah di Eropa. Untuk mengatasi kekacauan ini, pada tahun 1602, pemerintah Belanda membentuk sebuah perusahaan besar bernama Verenigde Oost-Indische Compagnie (VOC), atau Perusahaan Dagang Hindia Timur, dengan modal awal sebesar 6,5 juta gulden.

VOC kemudian memonopoli perdagangan rempah-rempah di Indonesia, memaksa petani setempat untuk hanya menjual hasil panen mereka kepada VOC dengan harga yang ditentukan oleh perusahaan tersebut.

Tidak hanya itu, kebutuhan petani pun harus dibeli dari VOC dengan harga yang telah mereka tetapkan. Kebijakan ini menyebabkan penderitaan besar bagi rakyat Indonesia, terutama karena kehadiran VOC yang semakin lama tidak hanya bertujuan untuk berdagang, tetapi juga untuk menguasai wilayah-wilayah di Nusantara.

Cornelis de Houtman adalah pionir dalam eksplorasi Belanda ke Hindia Timur. Meskipun ekspedisinya tidak berjalan mulus dan ia tewas dalam pertempuran, kedatangannya menjadi titik awal bagi era kolonialisme Belanda di Indonesia.

Perjalanan Cornelis de Houtman menandai awal dari hubungan yang pada akhirnya akan membawa Indonesia ke dalam cengkeraman penjajahan selama lebih dari tiga abad di bawah kekuasaan Belanda. [UN]