Koran Sulindo – Seni wayang kulit, lebih dari sekadar permainan bayangan di atas layar, menyimpan lapisan mistis yang mencengangkan. Di balik gerakan tangan dan suara yang keluar dari mulut dalang, tersembunyi kekuatan gaib yang menghidupkan pertunjukan dan memberikan dimensi spiritual yang mendalam.
Seni ini tidak hanya memukau secara visual, tetapi juga menghadirkan pengalaman mistis yang mempengaruhi perilaku, keputusan, dan emosi para pelaku dan penonton.
Dalang, sebagai pemimpin pertunjukan wayang, memegang peran penting dalam menciptakan aura mistis. Ia tidak hanya bercerita, tetapi juga menjadi perantara antara dunia nyata dan dunia gaib.
Dalam pementasan wayang, dalang dianggap memiliki kemampuan untuk memanggil roh leluhur dan makhluk gaib lainnya. Menurut Abimanyu (2021:15), mistisisme adalah upaya spiritual yang bertujuan untuk mengaktualisasikan hubungan sosial yang berjalan di masyarakat.
Dalam konteks wayang kulit, mistisisme ini menjadi landasan dari tindakan dan perbuatan dalang, yang didasarkan pada ajaran akhlak mulia dan hanya bisa dipahami oleh mereka yang memiliki pemahaman spiritual mendalam.
Setiap pertunjukan wayang dimulai dengan ritual pembukaan yang dilakukan oleh dalang. Ritual ini bukan sekadar formalitas, melainkan sebuah “pintu gerbang” menuju dunia mistis.
Melalui doa dan mantra khusus, dalang memohon restu dari dunia gaib agar pertunjukan berjalan lancar. Kehadiran mistis mulai terasa sejak momen ini, membawa suasana spiritual yang menyelimuti seluruh pementasan.
Dalang dianggap mampu merasakan energi spiritual dan bahkan berkomunikasi dengan roh leluhur yang mendukung jalannya pertunjukan.
Seorang dalang bukan hanya seniman yang menggerakkan boneka wayang, tetapi juga seorang dukun yang dapat berkomunikasi dengan dunia roh. Beberapa dalang melaporkan pengalaman spiritual selama pertunjukan, seperti berada dalam keadaan trans atau mengalami perubahan kesadaran.
Dalam kondisi ini, mereka merasakan bahwa kekuatan mistis turut ambil bagian dalam pertunjukan. Gerakan boneka yang tiba-tiba atau suara yang muncul tanpa disengaja sering kali dianggap sebagai manifestasi dari makhluk halus yang ikut serta dalam pertunjukan.
Ada pula keyakinan bahwa setiap boneka wayang memiliki roh atau identitas spiritual sendiri. Dalang dipercaya memiliki kemampuan untuk memanggil dan merayu roh agar bersedia menghuni boneka wayang tersebut.
Dengan demikian, wayang kulit bukan sekadar boneka, melainkan tempat kediaman roh yang memperkaya dimensi spiritual pertunjukan. Proses ini menjadikan pertunjukan wayang tidak hanya sekadar hiburan, tetapi juga ritual mistis yang mendalam.
Mistisisme dalam wayang kulit memberi makna yang lebih dalam pada setiap pertunjukan. Setiap gerakan wayang bukan hanya sekadar ekspresi visual, tetapi juga perwujudan dari kekuatan spiritual yang berinteraksi dengan dunia nyata.
Dalam setiap pementasan, penonton tidak hanya diajak untuk menyaksikan cerita epik yang dimainkan oleh boneka kulit, tetapi juga untuk merasakan kehadiran dunia gaib yang tak terlihat oleh mata.
Kekuatan mistis yang dipancarkan oleh dalang membawa penonton ke dalam dimensi yang lebih tinggi, mengundang mereka untuk merenung dan terhubung dengan keajaiban yang terjadi di atas panggung.
Seni wayang kulit, dengan segala keindahan dan kompleksitasnya, menawarkan lebih dari sekadar hiburan visual. Melalui perpaduan antara seni dan mistisisme, pementasan wayang kulit menjadi pengalaman spiritual yang mengangkat penonton ke dunia yang melampaui batas-batas dunia nyata.
Seorang dalang tidak hanya menjadi pencerita, tetapi juga penjaga gerbang ke dimensi mistis yang menghadirkan makna yang mendalam bagi mereka yang terlibat dalam pertunjukan. [UN]