Koran Sulindo – Perjalanan musik balada di Indonesia tak bisa dilepaskan dari nama Ully Sigar Rusady, yang juga dikenal sebagai aktivis lingkungan. Ia mengaku, rasa cintanya kepada musik balada karena liriknya bertutur soal kejadian yang sebenarnya terjadi. “Musik balada tercipta berdasarkan cerita dan pengalaman penciptanya, bukan berasal dari rekaan dan khayalan belaka,” katanya beberapa pekan lalu.

Karena itu, lanjutnya, para penyanyi lagu balada seharusnya juga punya aksi nyata terkait lagu yang mereka populerkan.“Lagu balada itu bukan hanya punya pesan, tapi juga ada action. Kalau lagunya soal tanam pohon, ya, kamu beneran tanam pohon,” tutur kakak dari artis Paramitha Rusady ini.

Di blantika musik balada, Ully telah berkiprah selama 31 tahun. Itu sebabnya, didorong rasanya cintanya ke musik balada dan kekhawirannya akan berkurangnya popularitas jenis musin ini di Tanah Air, Ully pada tahun 2014 lalu pun mendirikan Rumah Balada Indonesia (RBI), yang telah tersebar di beberapa kota di Indonesia. “Tiga puluh satu tahun saya bikin musik seperti ini. Kalau tidak menciptakan panggung sendiri, tidak ada yang akan ada yang buat,” ujarnya.

RBI memang ditujukan sebagai wadah bagi komunitas, pemusik, serta pecinta musik balada. Juga untuk membuat gerakan peduli lingkungan, khususnya dalam melindung mata air dari kepunahan di berbagai pelosok daerah di Indonesia.

“Anak-anak RBI juga ikut dalam gerakan aksi peduli lingkungan bersama Yayasan Garuda Nusantara, seperti menanam pohon dan sebagainya. Jadi, anak-anak RBI tak cuma bermusik dan menyanyikan lagu balada, tapi juga peduli lingkungan,”  kata Ully. Yayasan Garuda Nusantara sendiri telah didirikan Ully sejak puluhan tahun lampau. Ia juga telah mendirikan 12 yayasan lain yang peduli pada berbagai persoalan kemasyarakatan. Juga mendirikan Sekolah Musik Vidi Vici.

Dijelaskan Ully, dalam dua tahun ini, RBI berkembang cukup pesat. “Saya rasa ini tak lepas dari kerinduan seniman akan musik balada,” katanya. [DPS]