Ilustrasi : Kapal nelayan tenggelam

INSIDEN penembakan kapal nelayan yang berasal dari Indonesia di perairan Papua Nugini mengakibatkan kapten kapal bernama Sugeng meninggal dunia.

Kapal nelayan itu dikabarkan diberondong dari jarak dekat oleh tentara Papua Nugini (PNG DF) karena diduga menerobos perairan negara tetangga itu pada hari Senin (22/8).

Komandan Pangkalan Utama TNI AL XI Merauke Brigjen TNI (Mar) Gatot Mardiono menduga penembakan terhadap kapal nelayan Merauke ini dilakukan dari jarak dekat.

Dugaan itu karena korban terkena tembakan di bagian kepala hingga meninggal di tempat, sebab bila menembak dari atas perahu motor terasa sulit karena ombak yang saat itu cukup tinggi.

Gatot menyayangkan kejadian itu, menurut dia seharusnya bagian kapal yang ditembak adalah kamar mesin atau yang tidak mematikan.

Dari laporan yang diterima, kapal nelayan Merauke telah masuk jauh ke perairan PNG untuk menangkap ikan kakap putih yang diambil gelembungnya secara ilegal.

“Penangkapan itu bisa dilakukan tanpa harus ada korban jiwa, karena ada prosedurnya,” ujar Brigjen Gatot.

Selain kapten, Kapal Calvin 02 juga mengangkut delapan ABK lainnya yakni Damni (35), Moni Ovier (31), Eki Budi Priyadi (19), Ilham Maula (20), Hamdan Moni (20), Arief Hidayat (22), Nathanel Soin (22), dan Oki Budi Setiawan (22) yang semuanya

Sikap KBRI di PNG

Sementara itu, Duta Besar RI di Ibu Kota PNG Port Moresby, Andriana Supandi, membenarkan kapal tentara Papua Nugini menembak kapal nelayan berbendera Indonesia asal Merauke hingga menyebabkan sang kapten meningga dunia.

KBRI menyesalkan peristiwa penembakan yang diduga dilakukan tentara Papua Nugini (PNGDF) itu pada Senin (22/8). Kapal Calvin 02 dilaporkan ditembak kapal perang PNG yang sedang berpatroli usai memasuki wilayah perairan negara tetangga Indonesia itu yang tengah menyebarkan jaring.

“Kami sangat menyesalkan terjadinya insiden penembakan yang menewaskan seorang ABK kapal nelayan,” kata Adriana di Jayapura, Selasa (23/8).

Ketika mendapat informasi tentang insiden penembakan tersebut, Andriana menyebut segera berkoordinasi dengan Konsulat RI di Vanimo, Badan Perbatasan dan Kerja Sama Luar Negeri Papua, hingga Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI.

KBRI di Port Moresby juga sudah meminta tanggapan otoritas PNG terkait peristiwa ini.

“Kami masih menunggu tanggapan dari otoritas terkait PNG, karena selain melakukan penembakan, aparat keamanan juga menangkap dan menahan dua kapal nelayan Indonesia,” ucap Andriana. [PAR]