Koran Sulindo — Pengamat kebijakan publik dari Universitas Indonesia Eko Sakapurnama mengapresiasi langkah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang berkomitmen dalam menerapkan politik lingkungan.

Eko menganggap langkah PDIP merayakan hari jadinya dengan tema “Cinta Ciliwung Bersih” perlu diikuti oleh partai politik lainnya.

“Ke depan, kita harus mendorong pencapaian Sustainable Development Goals atau pembangunan berkelanjutan. Upaya mencapai goals ini bukan cuma tugas pemerintah. Jadi kalau parpol juga berinisiasi untuk pencapaian SDGs, sangat bagus,” ujar Eko kepada wartawan di Jakarta, Jumat (8/1).

Menurut Eko, PDI Perjuangan sebagai partai politik sudah melakukan terobosan dengan tema yang sebenarnya harus dipikirkan matang-matang oleh seluruh pemangku kepentingan bangsa ini. Ia menilai fokus PDIP terhadap lingkungan ini sangat penting bagi kelanjutan bangsa dan generasi selanjutnya.

“Saat ini, bumi kita telah dieksploitasi lebih cepat daripada bumi merestorasi lingkungannya. Telah terjadi kesenjangan lingkungan (ecological divide),” terang Eko.

Terlebih, PDI Perjuangan sendiri merupakan partai politik besar yang memiliki kekuatan di legislatif dan eksekutif, termasuk Presiden Joko Widodo sebagai kader. Karena itu, peneliti Center For Innovation and Governance FIA UI itu mengharapkan kebijakan prolingkungan hidup ini bisa menjadi terapan untuk mereka yang memiliki kewenangan di pemerintahan maupun di dewan.

“Kemungkinan akan banyak mendorong green policy yang mendukung keseimbangan lingkungan dengan sosial-ekonomi manusia,” kata Eko.

Sementara, Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan, dalam perayaan HUT partainya yang ke-48 mengangkat salah satu sub tema” Cinta Ciliwung Bersih”, merupakan kelanjutan program Merawat Bumi.

HUT ini akan dilakukan bersama dengan gerakan penghijauan serentak dan sekaligus gerakan membersihkan sungai secara serentak pada Minggu (10/1).

Hasto pun memastikan acara yang dilakukan serentak ini menjaga kedisiplinan protokol kesehatan Covid-19. Ketua Umum Megawati Soekarnoputri dan Presiden Joko Widodo selalu mengingatkan seluruh rakyat Indonesia disiplin menjalankannya.

“Mengapa sungai? Bicara sungai maka sebenarnya berbicara soal peradaban manusia. Sebab sungai membawa air dan nutrisi ke area di seluruh bumi. Jangan hanya membayangkan sebagai saluran drainase. Tetapi sebagai sebuah habitat, yang menyediakan habitat dan makanan yang sangat baik bagi banyak organisme di bumi,” kata Hasto.

“Maka ketika sungai tercemar, semua makhluk hidup yang terkaitnya, juga kehidupan sekitarnya, akan tercemar.  Beras yang kita makan di kota, bisa jadi adalah dari padi yang ditanam di wilayah diairi sungai tercemar merkuri, misalnya. Sehingga membiarkan sungai tercemar, sama saja mengancam peradaban manusianya,” imbuh Hasto.

Laporan dari berbagai lembaga resmi pemerintahan dan swadaya masyarakat, setiap tahun ratusan ribu anak Indonesia menjadi korban pencemaran sungai di Indonesia. Seperti Sungai Brantas dan Sungai Citarum.

“Kalau kita membiarkan ini, maka sama saja pembunuhan masa depan generasi kita. Sama saja kita membiarkan peradaban Indonesia segera mati justru karena kita tak memelihara sungai dengan baik dan benar,” kata Hasto. [CHA]