Ilustrasi/CHA

Koran Sulindo – Kongres V PDI Perjuangan yang rangkaiannya baru saja berakhir merupakan wujud penegasan partai berlambang banteng itu bahwa Pancasila adalah final dan melindungi seluruh rakyat Indonesia dengan seluruh ekspresi kebudayaannya. Sikap politik PDI Perjuangan itu diambil di tengah menguatnya tren cara pandang ekstrem keagamaan hingga tindakan radikal berbasis sentimen SARA.

“Berpolitik itu adalah soal kehidupan bersama dalam satu kekuatan kolektif, satu bangsa yang bertanah air satu, Indonesia. Maka kongres V PDI Perjuangan menekankan pentingnya Pancasila sebagai kekuatan jiwa bangsa yang dijabarkan dalam Tri Karsa,” kata Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, di Jakarta, Senin (12/8/2019).

Menurut Hasto, Tri Karsa berarti pertama, Pancasila sebagai pedoman kehidupan, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kedua, Pancasila sebagai pedoman perencanaan pembangunan di segala bidang kehidupan. Baik di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, keamanan, maupun bidang lingkungan hidup dalam politik legislasi, politik anggaran, dan politik pengawasan.

Dan ketiga, Pancasila yang hidup dan menghidupi rakyat dalam 5 bidang prioritas yakni bidang sandang pangan papan, pendidikan, tenaga kerja dan jaminan sosial, infrastruktur dan lingkungan hidup, agama, kepercayaan, mental spiritual dan kebudayaan.

Karena itu dalam kongres V, semangat berkebudayaan Indonesia diangkat secara khusus. Mengingat, kesejatian politik terletak pada wajah kebudayaan. Dalam wajah berkebudayaan ini, politik menempatkan perjuangan kemanusiaan sebagai hal yang hakiki. Dengan tujuan masyarakat adil dan makmur, bebas dari penjajahan, termasuk di ranah ekonomi. Ini merupakan wujud dari nilai kemanusiaan.

Demikian halnya tujuan lainnya akan hidup rukun, toleran, kedisiplinan serta, kesetaraan warga negara, merupakan cermin dari penghormatan nilai kemanusiaan.

“PDI Perjuangan menempatkan kebudayaan sebagai esensi pokok nasionalisme yang berkepribadian Indonesia,” kata Hasto.

Kongres V PDI Perjuangan merupakan permintaan partainya kepada seluruh rakyat Indonesia untuk tetap harus berbangga dengan warisan kebudayaan nusantara.

Bagi PDI Perjuangan, kebudayaan Indonesia sudah begitu berwarna, indah, penuh daya cipta, rasa, dan karsa. Tidak monoton dan homogen.

Dari aspek yang sederhana, keanekaragaman makanan nusantara dengan bumbu-bumbuan yang beraneka cita rasa, terlengkap di dunia. Ini adalah capaian kebudayaan yang seharusnya diangkat dan menjadi wajah politik Indonesia.

“Maka esensi pokok Kongres V PDI Perjuangan adalah Pancasila dalam seluruh ruang ekspresi kebudayaan Indonesia,” kata Hasto. [CHA/Didit Sidarta]