Tokoh lintas agama di Lampung bersama Sekjen PDI Perjuangan siap memenangkan Jokowi Ma'arif/CHA

Koran Sulindo -Sejumlah tokoh lintas agama di Kabupaten Tulangbawang, Lampung menyatakan dukungannya kepada pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.

Dukungan itu dideklarasikan langsung di hadapan Sekretaris Tim Kampanye Nasional Jokowi – Ma’ruf di Banjar Wiradharma, Kecamatan Manggala Timur, Jumat (1/3/2019).

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tulangbawang Yantori menyadari pasangan Jokowi- Ma’ruf banyak diserang oleh hoaks dan fitnah. Sementara, Yantori melihat kepemimpinan Jokowi selama ini memberikan perubahan bagi Indonesia, khususnya Kabupaten Tulangbawang.

“Alhamdulillah di Tulangbawang kondusif (tidak ada fitnah ke Jokowi-Ma’ruf),” kata Yantori.

Yantori melanjutkan, kemenangan yang ditargetkan Ketua DPC Tulangbawang Winarti sebesar 60 persen sebenarnya bukan perkara sulit. Ia memprediksi Jokowi – Ma’ruf bisa menang hingga 80 persen di Kabupaten Tulangbawang.

Mengenai isu hoaks yang menyerang Jokowi, lanjut Yantori, hal itu justru akan kembali kepada pembuatnya. Yantori meminta pihak-pihak yang memainkan hoaks dan fitnah agar kembali ke jalan yang benar.

“Karena sesungguhnya orang yang menceritakan kebaikan orang lain ataupun mengatakan orang lain buruk, maka sesungguhnya akan kembali,” kata dia.

Sementara itu, Hasto mengucapkan terima kasih atas dukungan para tokoh dari Islam, Hindu, Kristen, Katolik dan Konghucu. Dukungan itu datang karena tokoh lintas agama menilai Jokowi sebagai sosok yang baik.

“Justru dengan banyaknya hoaks dan fitnah kepada Jokowi – Ma’ruf mendorong tokoh agama untuk bergabung dan menjadi bagian kekuatan kebenaran. Karena kami percaya kekuatan kebenaran mampu mengalahkan berbagai kekuatan-kekuatan jahat yang menghalalkan segala cara untuk kekuasaan itu,” jelas Hasto.

Dalam acara itu, hadir sejumlah tokoh lintas agama di antaranya Ketua Badan Kerja Sama Antargereja Tulangbawang Paulus Kanarius, Pendeta Gereja Sumatera Bagian Selatan Purnama Aidi, Pendeta Aliran Pantekosta Isak Riwayanto dan Pimpinan Remaja Seluruh Kristen se-Tulangbawang Martinus.

Gerakan ‘Sate Jowo’

Sejumlah kiai Nahdatul Ulama (NU) dan alim ulama di Kabupaten Lampung Tengah mengikrarkan gerakan “Sate Jowo” akronim “Saya tetap Jokowi Widodo” guna memastikan dukungan kemenangan bagi pasangan calon nomor urut 01 itu.

Hal itu terungkap dalam silaturahim antara para kiai dan ulama bersama Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto berserta jajarannya antara lain Ketua DPP Bamusi Zuhairi Misrawi, Ketua DPD PDIP Lampung Sudin, serta sejumlah caleg partai dalam rangkaian Safari Kebangsaan IX.

Acara dilakukan di Ponpes Tri Bhakti Al Falah Yukum Jaya Lampung Tengah. Hadir Pengasuh Ponpes KH Syahrul Munir (Gus Munir) serta KH Habib Hamdani.

Habib Hamdani mengatakan, mereka mendukung pasangan calon nomor urut 01 dengan gerakan “Sate Jowo”.

“Sate Jowo itu artinya; Saya Tetap Joko Widodo. Kami mendukung dengan gerakan Sate Jowo. Siapa yang memfitnah dan menebar hoaks, akan saya tusuk dengan Sate Jowo,” ujar Gus Habib, sapaan akrabnya.

Pihaknya mendukung pasangan itu karena keberadaan KH Ma’ruf Amin, yang merupakan cicit dari Syekh Nawawi Al Bantani.

“Bagi siapa yang bilang beliau tak islami, ayo diadu. Sudah jelas, beliau adalah cicit Syekh Nawawi al Bantani,” kata Gus Habib.

Ia pun menyampaikan bahwa pihaknya berpegang kepada apa yang pernah disampaikan oleh Imam Syafii. Baginya, substansinya juga pantas untuk disampaikan ke banyak orang. Khususnya untuk bisa secara jernih melihat, mengapa harus mendukung Jokowi-Ma’ruf di tengah masifnya serangan hoaks terhadap pasangan itu.

“Pesan Imam Syafi’i. Carilah pemimpin yang banyak panah-panah fitnah menuju kepadanya. Ikutilah mereka yang banyak difitnah, karena sesungguhnya mereka sedang berjuang di jalan yang benar,” kata Gus Habib.

“Pesan ini sangat relevan untuk kondisi saat ini. Sebab ini akan menghantam mereka yang suka memfitnah,” tandasnya.

Sementara Hasto Kristiyanto banyak menyampaikan soal PDI Perjuangan yang berprinsip bahwa nasionalisme dan Islam, atau Islam dan Nasionalisme, tak bisa dipisahkan.

Karena itulah, bahwa dalam kesadaran sejarahnya, PDI Perjuangan selalu melihat Indonesia adalah Nasionalis, Nahdatul Ulama, Muhammadiyah, dan TNI-Polri.

Prinsip itulah yang diwujudkan oleh PDI Perjuangan, ketika pada kampanye 2014, menginisiasi sebuah gerakan bersama memastikan Resolusi Jihad 22 Oktober diakui sebagai Hari Santri. “Itulah kesadaran sejarah kami,” kata Hasto.

Hindari Cara Kotor

Hasto Kristiyanto, dalam rapat konsolidasi bersama DPC PDI Perjuangan Lampung Tengah, Lampung Timur, Lampung Utara dan Way Kanan menekankan, pihaknya tidak ingin menang dengan cara kotor. Hal ini disampaikan Hasto menanggapi banyaknya tuduhan dari kubu Prabowo Subianto – Sandiaga Uno yang menyebut petahana menggunakan alat negara untuk menang di Pilpres 2019.

“PDI Perjuangan mendorong alat negara tidak digunakan karena kami punya pengalaman buruk pada 2004 dan 2009,” kata Hasto.

Hasto mengingatkan bahwa PDI Perjuangan pernah diserang oleh rezim Soeharto. Karena itu, pihaknya tidak akan melakukan hal yang kotor untuk menang. Apalagi menunggangi Komisi Pemilihan Umum (KPU) seperti yang dituduhkan kubu sebelah.

“Kami pun tidak mau kekuasaan yang tidak benar,” kata pria kelahiran Yogyakarta ini.

Hasto juga menyadari banyak serangan kampanye hitam berupa hoaks dan fitnah kepada PDIP beserta Jokowi – Ma’ruf. Hal itu dikarenakan elektabilitas PDIP dengan petahana tak terbendung. Seharusnya, kubu-kubu yang terganggu memberikan kerja nyata untuk merebut hati rakyat.

Hasto melanjutkan, banyak program-program Jokowi yang sangat menyentuh kebutuhan rakyat. Kecintaan rakyat, menurut Hasto, semakin bertambah dengan lahirnya tiga kartu sakti, yakni KIP Kuliah, Kartu Sembako dan Kartu Prakerja.

“Pak Jokowi lakukan hal yang fundamental seperti mengembalikan tanah untuk rakyat. Jokowi mengenal apa itu ketidakadilan dan kesulitan. Bukan hanya retorika,” tandas dia.

Sementara Ketua DPC PDIP Lampung Tengah Loekman Djoyosoemarto menyatakan pihaknya menargetkan untuk meraih minimal 70 persen suara Jokowi-Ma’ruf untuk wilayahnya.

Bahkan, dengan masifnya pembangunan Pemerintahan Jokowi seperti infrastruktur jalan lingkar di sana, target itu dinilai perlu ditingkatkan hingga ke 80 persen.

“Apa yang dilakukan oleh Pak Jokowi bukan mimpi. Tapi semua akan menjadi kenyataan,” kata Loekman. [CHA/TGU]