Koran Sulindo – Tokoh kharismatik Nahdlatul Ulama Kyai Haji Maimoen Zubair atau Mbah Moen mengisyaratkan bakal tetap mendukung Joko Widodo dalam pemilihan April 2019 mendatang.
Isyarat tersebut disampaikan Mbah Moen saat menerima kunjungan Jokowi di Pondok Pesantren Al-Anwar yang tengah menggelar acara “Sarang Berzikir Indonesia Maju” di Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang.
“Saya hanya menyampaikan, banyak orang menunggu-nunggu saya pilih siapa, ya (pilih) yang dekat saya, jadi ini tidak mengajak, semua punya kebebasan masing-masing, tapi yang dekat saya malam ini saja, yang dekat saja,” kata Mbah Moen, di Sarang, Rembang, Jawa Tengah, Jumat, (1/2).
Saat menyampaikan pilihannya tersebut, Mbah Moen memang berada di samping Presiden Jokowi yang bersampingan dengan Ibu Iriana Joko Widodo.
“Hari ini Jumat apa? Jumat Pahing, ya tidak apa-apa. Saya ucapkan, yang saya ucapkan ini jadi pilihan pribadi saya, kepada siapapun wallahualam,” kata Mbah Moen.
Ia berharap agar pasca pemilu presiden dan legislatif pada 17 April 2019 nanti kondisi Indonesia tetap damai. Ulama kharismatik juga mengucapkan selamat kepada kedua kontestan pilpres Joko Widodo dan Prabowo Subianto.
“Karena itu saya inginnya pemilu ini pemilu yang damai, pemilu perdamaian, pemilu yang setelah pemilu dapat menyokong dan disokong ajaran yang kita miliki, seperti ajaran agama kita, agama apa? Islam,” kata Mbah Moen menambahkan.
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa mencalonkan diri menjadi pimpinan itu hukumnya wajib dalam Islam.
“Kalau tidak ada yang dipilih kan kosong. Mendirikan suatu negara itu kewajiban. Nabi pertama kali tahun 611 pada 8 Agustus, Jumat Pon, mendirikan negara Arab, dikatakan menasionalisasi Arab yang terpecah-pecah itu,” kata Mbah Moen menjelaskan.
“Kepada Pak Jokowi, Pak Prabowo saya ucapkan suatu pahala yang besar. Untuk memilih, pilihlah yang baik menurut masing-masing, saya tidak akan memperpanjang pidato atau sambutan saya, saya ucapkan ahlan wa sahlan,”kata dia.
Jokowi datang ke Sarang setelah kunjungan kerjanya di Ngawi dan menempuh perjalanan darat selama sekitar 3,5 jam.
Kehadiran Presiden disambut antusias pengurus pondok pesantren, para santri dan masyarakat setempat. Sekitar 200 meter sebelum sampai ke lokasi, masyarakat sudah berkerumun di pinggir jalan.
Mereka berbaris rapih dan menyambut Jokowi dengan sorak sorai dan lambaian tangan. Sementara itu Jokowi melambaikan tangan dari balik kaca kendaraannya.
Dalam sambutannya pada acara tersebut Jokowi sempat mengukapkan curhatnya bahwa selama empat tahun ini dia selalu direndahkan, dimaki, dihina serta difitnah. Menghadapi fitah-fitnah itu Jokowi menyebut dirinya menerapkan prinsip sabar dan diam.
Namun, kali ini, menurut Jokowi semua tuduhan itu perlu untuk dijawab dan diluruskan.
“Masa 4 tahun dibilangin PKI, ya saya diem. Lalu saya dibilang anti ulama, kriminalisasi ulama. Masa saya diem. Bagaimana saya anti ulama, tiap minggu saya masuk pondok pesantren,” kata Jokowi.
“Hari Santri 22 oktober itu siapa yang tanda tangan Kepresnya? Masa anti ulama tanda tangan hari santri. Logikanya harus kita pakai. Kalau kata Cak Lontong, mikir…mikir…mikir,” kata Jokowi menirukan kalimat yang sering dibawakan oleh komedian Cak Lontong.
Dalam kesempatan itu Jokowi juga menyinggung dirinya yang dituduh mengkriminalisasi ulama. Ia mengklarifikasi bahwa istilah kriminalisasi itu jika tidak ada kasus hukum lalu dimasukkan ke sel.
“Kalau ada kasus hukum,ada yang melaporkan. Aparat bawa ke penyelidikan, penyidikan dibawa lagi ke pengadilan. Nanti yang putuskan pengadilan. Kalau dianggap tidak salah pasti bebas,” kata Jokowi.[TGU]