Helikopter TNI AD (ilustrasi)

Koran Sulindo – Evakuasi personel TNI yang menjadi korban penembakan di Nduga diganggu kelompok bersenjata. Helikopter milik TNI yang digunakan untuk mengangkut jenazah Serda Handoko ditembaki.

Aksi penembakan itu terjadi di Pos TNI PAM Rawan/755 Yalet di Distrik Mbua, Kabupaten Nduga, Papua, Rabu (5/12).

Meski baling-baling helikopter terkena tembakan, evakuasai yang diback up tim Nanggala tetap berjalan lancar.

Kapolda Papua Irjen Pol Martuani Sormin Siregar menyebut aksi penembakan itu terjadi sekitar pukul 10.00 WIT ketika tiga helikopter berangkat dari Kabupaten Mimika menuju ke Puncak Kabo, Distrik Yigi, Kabupaten Nduga. Lokasi itu merupakan tempat pembantaian pegawai PT Istaka Karya.

Ketika tim berada di Puncak Kabo, helikopter mendapat tembakan dari arah puncak. Tembakan itu segera dibalas oleh tim Nanggala.

“Karena ada tembakan dari arah Puncak Kabo, maka Tim Nanggala melakukan tembakan balasan dari helikopter. Ada satu helikopter jenis Bell yang baling-balingnya terkena tembakan dari kelompok KKB,” kata Martuani.

Karena bahan bakar minyak habis, helikopter akhirnya melakukan pengisian BBM sekaligus melakukan evakuasi jenazah anggota Pos TNI Mbua, Serda Handoko. Saat ini jenazah Handoko sudah dievakuasi dari Mbua ke Kenyam, ibu kota Nduga dan selanjutnya diterbangkan ke Timika, di Mimika.

“Jadi jenazah sudah dievakuasi ke Kenyam selanjutnya akan dibawa ke Timika, Kabupaten Timika,” kata Martuani.

Serda Handoko adalah prajurit TNI yang bertugas di Pos Mbua dan gugur ketika posnya diserang kelompok bersenjata. Pos itu diserang karena menjadi persembunyian empat karyawan PT Istaka Karya yang berhasil meloloskan diri dari lokasi pembantaian di Kali Yigi setelah berjalan kaki ke Mbua selama 2 jam.

Tiga orang karyawan PT Istaka Karya itu mengakami luka tembak saat Pos TNI diserang kelompok separatis. Saat ini keempat korban yang selamat tersebut sudah d dievakuasi bersama dengan 8 warga sipil lainnya.

Sementara itu menurut Kapolri Jenderal Tito Karnavian pasukan gabungan TNI-Polri sudah bergerak mencari kelompok-kelompok pemberontak tersebut.

“Yakin sebentar lagi bisa kita kendalikan. Tapi medan berat, hutan luas mereka lari ke tempat lain. Kita sudah koordinasi tingkatkan pengamanan,” kata Tito di saat jumpa pers di Istana Negara, Rabu (5/12).

Menurut Tito, setelah mengeksekusi para pekerja pemberontak menyerang pos TNI yang memicu baku tembak. “Mungkin dari mereka juga ada korban, saat ini masih pengejaran,” kata dia.

Kapendam XVII Cendrawasih Kolonel Inf Muhammad Aidi menyebut penyerangan pos terjadi pada tanggal 3 Desember, sekitar pukul 05.00 WIT. Penyerang menggunakan senjata standar militer campuran termasuk panah dan tombak.

“Serangan diawali dengan pelemparan batu ke arah pos sehingga salah seorang anggota Yonif 755/Yalet atas nama Serda Handoko membuka jendela dan tertembak hingga meninggal dunia. Anggota pos membalas tembakan sehingga terjadi kontak tembak dari jam 05.00 pagi hingga 21.00 WIT,” kata dia.

Karena situasi tak memungkinkan dan kondisi medan tanggal 4 Desember 2018 pukul 01.00 WIT, Komandan Pos memutuskan mundur mencari medan perlindungan yang lebih bak. Pada saat itu salah seorang anggota atas nama Pratu Sugeng tertembak di lengan.

Pada hari itu juga Tim Nanggala berhasil menduduki Mbuah dan melaksanakan penyelamatan serta evakuasi korban.

“Tim Satgas gabungan juga berhasil mengevakuasi 12 masyarakat terdiri dari 4 orang karyawan PT. Istaka Karya, 6 orang petugas Puskesmas Mbuah dan 2 orang guru SMP Mbuah dengan menggunakan helikopter milik TNI AD.”

Di antara mereka juga terdapat 3 orang karyawan PT. Istaka Karya yang mengalami luka tembak dan kini di evakuasi ke RSUD Wamena.[TGU]